10/6/11

Hanya Pekewuh atau Enggak

Kalau misalnya kemarin seharian, kamu tidak berbuat apa-apa untuk ibumu. Atau bahkan kamu berbuat yang membuat ibumu tidak senang. Apa terus pagi ini ibumu mengembargo sarapan buatmu? Tidak kan?

Tapi kamu akan sarapan mau tidak mau dengan rasa pekewuh. Selezat apapun itu masakan, kalau dimakan dengan bumbu rasa bersalah, ya menjadi tidak lezat.

Kalau sampai kemarin, kamu belum bisa menyenangkan Tuhan, belum bisa cekat-ceket memanfaatkan waktu dengan Faidza Faraghta Fansab, apa pagi ini Tuhan akan men-stop jatah rejeki untukmu. Logikanya, kalau ibu saja yang manusia, tidak tega men-stop sarapan untukmu, apa iya Tuhan tega? Keyakinan macam apa yang kamu punyai, katanya Bismillahirrohmanirrohim? Menyebut Maha Pengasih dan Maha Penyayang tapi cuma dibibir saja.

Paradigma semacam ini terlihat sepele tapi betapa merusaknya dalam kita berikhtiar. Kita bekerja keras dengan satu keragu-raguan : ini Tuhan bakal ngasih nggak ya, saya kan kemarin begini-begini-begini. Sudahlah, yakin saja, Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pasti dikasih jatahmu, tinggal urusannya kamu pekewuh apa enggak?

No comments:

Post a Comment