5/17/16

Materialisme, Eksistensialisme

Sejak aku sadar di sekolah aku dikandangkan untuk menjadi perahan industri, batinku minggat meski lahirku tetap tertahan. Batin sudah minggat, badan kemudian ikut-ikutan tak kuat tetap bertahan. Untung bisa menahan badan, setidaknya sampai dapat ijasah.

Hidup itu memang butuh materi, karena itu kita harus mencarinya. Tapi bukan berarti kita harus menjadi pengaut agama materi, yang inna sholati, wanusuki, wa mahyaya, wa mahmati li materi.

Tapi sekarang, sudah sempurnalah kemurtadanku dari agama materi. Sudah, selesaikan euforiamu, kebiasaanmu berbangga-bangga mengaku-aku menjadi kaum murtad.

Kamu sudah berada di agama baru. Kamu tak butuh mencantumkan agama non-materi mu itu di KTP. Cukup dibatin saja juga nggak apa-apa.

Kalau kamu tidak paham ini, diam-diam justru kamu terseret masuk ke dalam agama eksistensi. Malah lebih mengerikan lagi.

No comments:

Post a Comment