9/16/15

Skill Dasar Memasak Informasi

Apa yang dipertengkarkan Semaun dan Agus Salim di rapat SI di salah satu scene Tjokro-Movie pada hakekatnya terjadi juga sekarang.

Waktu itu Semaun bersikeras bahwa pergerakan yang utama adalah perjuangan hak atas lahan bagi petani. Sedangkan Agus Salim bersikeras bahwa pergerakan yang paling utama adalah pendidikan.

Pergerakan tentang lahan adalah tentang akses ekonomi rakyat. Saat ini banyak dilakukan oleh banyak LSM. Walau hampir semua dari mereka kepentingan terdalamnya adalah proyek-oriented.

Sedangkan pergerakan tentang pendidikan, itu bukan dengan beasiswa siswa miskin atau pemegahan gedung sekolah. Sama sekali bukan.

Pendidikan yang Agus Salim bersikeras padanya, kalau dibawa ke kekinian adalah tentang pembelajaran struktur dan cara berpikir. Ini yang hampir tidak ada dimanapun. Kalaupun ada, dianggap tidak penting adanya.

Inilah yang akan menggerakkan cakra zaman dan manggilingannya nasib bangsa kedepan.

Pendidikan cara berpikir itu diantaranya mencakup ilmu untuk mendefinisikan benar dan salah secara tepat konteks. Cakupan lainnya adalah tentang ilmu untuk menseleksi mana tafsir-terjemah yang berintegritas dan mana tafsir-terjemah yang abal-abal.

Pada generasi terdahulu, ilmu semacam ini menjadi skill wajib yang musti dimiliki setiap orang. Karena tanpa memiliki ilmu ini, psikis seseorang tidak akan hidup. Beda dgn generasi sekarang, informasi sudah tersaji lengkap tentang benar dan salah, tentang asli dan palsu. Sayangnya, informasi yang lengkap itu, bukan buatan wali zaman. Tapi buatan bathara kala.

Analoginya seperti dunia kuliner. Zaman dulu orang wajib punya skill masak, apalagi di wanita. Karena makanan harus menyediakan sendiri, tidak banyak warung seperti sekarang. Kalau sekarang, wanita tidak punya skill masak pede saja menikah. Karena toh semua masakan sudah tersaji, warung tinggal pilih, semua sudah tersaji diantaranya oleh Bathara Kaefce.

Sekali lagi: ini tentang Pendidikan. Dan oleh warung bernama Salaf*, ilmu dasar semacam ini langsung diidentikkan dan ditahbiskan dengan filsafat. Setelah sebelumnha filsafat mereka klaim sebagai bagian dari khurafat. Ya, sajian mereka akan tidak laku, kalau orang sudah pada bisa masak benar-salah, asli-palsu sendiri. Wong dagangan mereka tidak enak kok aslinya. Tidak percaya? Coba si dengarkan siaran radio mereka beberapa episode, berapa banyak dalil yang mereka pakai yang tidak mem-blame kita sbg korban.

No comments:

Post a Comment