3/23/15

Menikmati Cuti

Cuti ada baiknya diambil. Bagi pegawai, cuti diperlukan untuk menguras sedikit perolehan pendapatannya, agar tidak menumpuk menggunung. Bagi yang bukan pegawai, cuti diperlukan untuk sekedar mengkalibrasi : ini yang sedang aku kerjakan adalah pekerjaan yang sesuai kalibernya atau terlalu remeh atau terlalu besar yah?

Gajah jangan ikut berburu nyamuk, karena nyamuk itu kaliber targetnya cicak yah.

3/20/15

Tahun Test Case

Nenek Asiani di blow up media, oleh kasus remeh temeh 7 batang kayu jati, kasus yang belum seujung kuku hitamnya rekening gendut beberapa minggu lalu. Media sedang menggambarkan seolah-olah di Situbondo tidak ada alim ulama yang hanif atau sekedar konglomerat kaya raya yang baik hati sehingga kasus seremeh itu bisa muncul ke permukaan.

Publik sedang di test, seberapa luapan nurani rakyat setelah disayat kasus memilukan itu. Seberapa rakyat berontak dipertontoni potongan berita yang kental nuansa drama itu. Kalau publik masih tersentuh nuraninya, berarti dosis patirasa nurani akan ditingkatkan lagi.

Ini tahun pertama sang raja baru bertahta, disebutnya tahun test case. Di test dengan harga beras, di test dengan dibuat seolah-olah kasus terorisme ISIS tak bisa ditangani militer kita, di test dengan pemerkosaan harga BBM, di test dengan polemik hukuman mati, dan test-test lainnya.
Lantas, apa selanjutnya setelah test?

Bank Komunitas

Dollar menguat menembus 13.000. Ini masa sedang mengajak kita regresi pada situasi 17 tahun yang lalu. Tak beda komentar sang pejabat antara sekarang dan 17 tahun yang lalu : walau Dollar menguat tapi tak masalah karena fundamental ekonomi kita masih bagus.

Jelaslah kalau fundamental ekonomi bangsa kita masih bagus, karena yang fundamental bagi bangsa kita sejatinya bukan uang. Yang fundamental adalah personal happines & community strength.
Yang sang pejabat maksud fundamental ekonomi itu kalau masih dipikirannya adalah uang, maka sang pejabat itu hanya sedang berfantasi berhalusinasi. Bangsa ini survive hingga hari ini bukan karena fantasi sang pejabat yang indah itu. Tapi karena masih meletakkan fundamental ekonomi pada empan papan-nya.

Sistem permodalan komunitas (sisdaltas) adalah hal yang fundamental untuk segera dibangun secara sungguh-sungguh. Dia berupa bank atau bentuk lembaga keuangan lainnya yang berfungsi tertutup bagi tiap-tiap komunitas. Dia menjalankan perang Bank ditengah para Bank kini sedang sibuk menjalankan peran pegadaian.

Lembaga sisdaltas tidak sibuk menagih agunan, karena yang dinilai adalah proposal. Lembaga juga tidak boleh terjebak pada bentuk formal proposal, karena yang dinilai sejatinya adalah personal trust. Personal trust hanya sebuah kepura-puraan palsu, jika tidak didahului dengan gairah paseduluran, hasrat untuk hidup bebrayan.

Lalu bagaimana lembaga Sisdaltas meraup laba? Laba tidak haram diraup, sepanjang tepat pada patrapnya. Pastikan pas, kapan dia menjadi dewa penolong darurat sosial, kapan dia menjadi partner bisnis bagi peminjam.

Dua hal pokok yang musti dicatat :
1. Berfungsilah sebagai bank, bukan pegadaian
2. Berperanlah sebagai sedulur, bukan penghisap

3/9/15

L-22 Sodaqollahul-Adzim

Delapan tahun tiga bulan masa inkubasi sudah selesai. Tahapan panjang membangun cara berpikir agar tidak terhanyut oleh arus mainstream yang salah arah ditutup pada 8 Maret 2015 kemarin. Selang beberapa minggu saja setelah kita berhasil menemukan karakteristik otentik komunitas, L-22 rumah inkubasi kemudian dikosongkan.

Ini waktunya bertransformasi. Kalau kita kemarin diletakkan di lingkungan yang sangat permisif atas abnormalitas cara hidup dan cara berpenghidupan kita, kini harus mulai siap masuk di dunia nyata. Kalau kita kemarin tidak hidup abnormal, maka pertumbuhan keilmuan kita tidak akan segembur hari ini. Itulah kenapa kita ditempatkan di lingkungan yang sangat akomodatif terhadap abnormalitas gaya hidup komunitas kita.

Namun sekarang, kita sudah punya bekal pemahaman yang utuh atas karakteristik otentik komunitas. Bahasa agamanya sudah punya Iman. Sehingga kalau harus berbaur dengan mainstream yang cara hidupnya sememuakkan apapun, pertumbuhan keilmuan kita tidak akan terganggu.

Justru kita menjadi dzolim, kalau pertumbuhan keilmuan kita justru diisolasi untuk internal kita sendiri saja. Saatnya bertransformasi dari era inkubasi, menuju era eskalasi. Mudah-mudahan kita memang sedang menjalani firman dan titah Tuhan yang Maha Benar.