Derawan Island |

Derawan Island |
Kabarnya, bulan depan pemerintah kita kembali mengimitasi negara maju: menghilangkan tas kresek gratis di tempat perbelanjaan.
Langkah yang bagus dalam rangka menggalakkan program go green. Budaya tas kresek berbayar sudah lama dilakukan di negara-negara maju. Kalau kita mau mempraktekkan, ya tinggal meniru saja.
Yang mesti diperhatikan paling :
1. Apakah ini hanya berlaku di toko modern atau semua toko? Bisakah pemerintah memonitor pemberian tas kresek gratis di warung kelontong di ujung pengkolan?
2. Apakah trust pemilik toko kepada konsumen sudah baik. Sehingga konsumen bisa menenteng tas kresek berisi dagangan yang ia beli di toko sebelumnya, masuk ke toko berikutnya. Atau setiap toko sudah siap menyediakan tempat penitipan barang?
Lepas dari semua itu, ini adalah langkah baik yang harus kita dukung. Penerapannya akan mudah di toko modern berjaringan yang instruksinya terpusat. Tapi susah bagi warung-warung. Ini mudah2an menjadi nilai lebih bagi warung tradisional, sehingga konsumen lebih senang datang ke warung tradisional yg melayani dengan keramahtamahan juga dapat kantong kresek sekalian.
Yang pemerintah tidak boleh lupa, kantong kresek vital keberadaannya, yaknk untuk bungkus tong sampah di rumah-rumah. Apakah sudah dilakukam tahap uji, sampah plastik apa yang paling dominan? Jangan-jangan bukan kantong kresek.
Tahap-tahap latihan kanuragan yang ditempuh untuk menjadi seorang pendekar tidak boleh dibolak-balik.
Pertama: Ndandani pikiran. Pikiran dibuatkan bangunan konstruksi yang kokoh. Sementara kebanyakan orang sekarang sibuk menghimpun referensi, asal masuk ke pikiran, tidak ditata. Karena pikiran belum dibangun rak-rak konstruksi, bangunan-bangunan penampung.
Kedua: Ndandani wektu. Ada waktu pagi, siang, sore dan malam. Itu untuk level awam. Kalau yang lebih expert fasenya sehari ada 24. Empat saja dulu diberesi. Pagi waktu aktif. Siang sediakan jeda. Sore waktu ceria. Malam luangkan kontemplasi.
Ketiga: Ndandani awak. Ini sebenarnya otomatis, karena di dalam pikiran yang sehat terdapat badan yang kuat. Kalau badan tidak terperhatikan, itu indikator ada yang belum beres di pikiran.
Keempat: Ndandani jurus. Kalau ketiga di atas sudah beres, baru bicara menang-kalah, menyerang-bertahan. Meringankan tubuh-hentak2 bumi. Dst.
Di alam modern, keempat tahap di atas tidak lagi penting. Karena sekarang tidak ada orang bercita-cita jadi pendekar. Repot. Harus menolong orang lain.
Lebih enak jadi orang kaya. Tidak penting sehat pikiran, tidak harus mengelola waktu, setiap hari bisa memanjakan badan, tak bisa jurus yang penting punya bodyguard.
Baru juga pulang liburan dari Derawan eh sudah harus menghadapi teror. Teror yang membuat perasaan mencekam. Teror dari benda bernama Televisi.
Media sepertinya sudah memposisikan diri menjadi Nabi ke-26, pembawa berita dan pemberi peringatan yang paling kita imani. Rasanya tertutup sudah segala apa yang terjadi, sebesar apapun itu, jika tidak masuk berita tivi.
Untunglah, kita selaku generasi Z kini memiliki daya makrifat-internet, mampu mengakses dunia tak kasat mata. Media digital benar-benar berhasil membangun jejaring sosial yang bisa menjadi pembawa berita alternatif atas intimidasi informasi yang dilakukan oleh media mainstream.
Tapi walau begitu, digital media harus digunakan dengan arif dan luas. Agar ia tidak tanpa sadar dijadikan nabi ke-27. Proporsional saja dalam mengkonsumsi informasi. Justru kalau bisa kita produktif jadi penyedia informasi, bagusnya seperti itu.
Kalau mau jadi penyedia informasi, cerdas dulu, agar kita jadi produsen yang memproduksi produk informasi yang sehat.
Lalu, jalur distribusinya juga diatur yang baik. Agar tidak salah kamar, nanti ibaratnya menceramahi kucing tidur.
Tiap jejaring sosial sebetulnya ada aurat-auratnya. Kalau mau share sesuatu yang fun, bisa di instagram. Kalau mau share refleksi, bisa di twitter. Facebook cukup untuk menshare godaan-godaan berpikir. Analisa dan penjlentrehan sesuatu bisa di blog. Heum, apalagi ya..
Kalau tivi, cukup untuk pengusir sepi. Jangan lebih dari itu. Bahaya.
Strength + Opportunity + Inspiration = Income + Benefit. Rumus bisnis ini dipakai oleh tumbuhan, intern resources tumbuhan adalah klorofil, extern resources yang ada diluar adalah CO2, inspirasinya Sinar Matahari, maka jadilah income-nya Zat Makanan + benefitnya O2.
Jadi bisnis mustahil tanpa inspirasi. Rencana bisnis juga tidak bisa ngayawara, analisa SWOT dulu lah. Agar kita tidak memakai resorces yang bukan berada dalam diri kita. Juga tidak membidik yang bukan peluang disekitar kita.
Kenali potensi otentik, kalau potensi otentikmu kapak, jangan ikut2an mencangkuli ladang walau seluruh dunia sedang demam mencangkul. Kapak itu untuk menebang pohon, dia punya fungsi spesifik sendiri, sama seperti zat hijau daun.
Dan jangan mengejar peluang yang sudah menjadi rebutan terlalu banyak orang. Disaat banyak spesial memburu oksigen, tumbuhan malah sendirian memunguti karbondioksida.
Lalu bentangkan penampang otakmu agar bisa tersinari inspirasi. Bisnis tanpa inspirasi hanya akan disusuli kompetitor, sesudah itu mati.
Setelah proses bisnis kamu jalankan dan perolehan tinggal menunggu masak, siapkanlah perencanaan penerimaan income yang baik. Cash income paling besar itu untuk R&D, agar bisnismu tumbuh, selanjutnya baru untuk operasional dan selebihnya laba.
Jagalah fitrah sosial, kemanusian dan alam selalu, sehingga setiap yang kamu tuai menjadi benefit bagi sekelilingnya. Maka kamu sudah berhasil membangun a responsible corporate. Maka kamu tak perlu lagi menyisihkan Corporate Social Responsibility (CSR), karena semua perolehanmu adalah bernilai oksigen.
Kalau dirangkum menjadi: Kerjakan apa yang ada disekelilingmu yang itu bisa diraih, dengan sesuatu yang memang sudah ada dalam dirimu, improvisasikan dengan inspirasi tercemerlangmu. Lalu bersiaplah menuai hasil, yang pertama untuk membiayai pertumbuhanmu, sisanya kamu cadangkan. Dan keseluruhan kamu kerjakan dengan bertanggung jawab secara sosial, menjadi benefit yang bisa dipetik oleh semua.[]
Sugeng tindak.... Selamat jalan 2015. Sedih berpisah denganmu wahai makhluk Allah bernama 2015. Yang sudah setia menemaniku menjalani kesetiaan.
Yang sudah menjadi kepanjangan tangan Allah menjaga kesehatan, keselamatan dan keutuhan. Yang sudah menyediakan diri menjadi ruang pertemuanku dgn hal-hal besar, mengejutkan dan menakjubkan.
Yang sudah membentengiku dari petaka, kekufuran juga kefakiran. Yang tidak pernah sedetikpun berhenti, sehingga masalah-masalah yang aku hadapi menjadi berlalu.
Sugeng tindak... Selamat jalan... Semoga Allah ridho kepadamu, juga kepadaku. Hari ini aku tidak merayakan tahun baru, aku hanya mensyukuri 2015-ku.