1/30/16

Kekinian dan Kekinian Syariah

Sabtu sepekan kemarin, Hilmy sahabatku baru saja kedatangan seorang putri cantik. Genap sepasang sudah buah hatinya dengan Rini.

Mereka berdua pandai membuat nama menurutku. Anak pertama diberi nama Manah Jembar Membumi. Nama yang aneh kalau dilihat dari ukuran kekinian. Orang-orang kekinian lebih suka menamai anaknya dengan kata dari bahasa Rusia, sementara yang kekinian syariah menggunakan kata dari bahasa Arab.

Nama adalah do'a. Esensi dari sebuah nama adalah munajat atau pengharapan. Membumi adalah pengharapan yang spesifik, bukan sekedar sholeh, bukan sekedar alim, tapi spesifik, membumi.

Semoga si Bumi kecil tumbuh menjadi anak yang dekat dengan sekelilingnya, membumi keramahtamahannya, membumi keahliannya, membumi dedikasinya. Ditengah sekarang banyak orang pandai tapi pandai atas keahlian yang tidak dibutuhkan oleh sekelilingnya, banyak orang alim tapi tidak menyatu dengan tanah yang ia pijak.

Anak yang kedua, mereka beri nama Sendang Mili Migunani. Nama yang indah sekali, tidak perlu membaca kamus A-Z nama anak, kita sudah tahu maknanya, mengalir dan berkegunaan. Sepertinya Ayah dan Bundanya Sendang gaulnya dengan orang-orang tua, orang-orang kuno. Lihat saja Bapak, Eyang dan Buyut kita. Mereka membuat nama dengan memilih istilah yang begitu dekat dengan keseharian mereka, bukan nama yang aneh-aneh. Pun begitu dengan pemilihan kata Migunani, sangat dekat dengan keseharian kita kini, bukan?

Hilmy dan Rini well prepared sekali pada anak-anaknya, ia mungkin khawatir di generasi anak dan cucunya nanti, mereka harus membuka kamus dulu untuk mengerti kata "Migunani", karena sudah tak pernah digunakan, maka mereka ukirkan menjadi nama agar abadi.

Sama seperti kita kini, perlu membuka kamus dulu untuk mengerti kata "Prasojo", "Raharjo", "Pratiwi" atau "Sri". Padahal kata-kata itu adalah kata-kata keseharian di beberapa generasi yang lalu yang bukan hanya mengandung makna yang baik, tetapi baik dan spesifik.

No comments:

Post a Comment