Resiko para pemimpi memang begitu berat,
harus memaksa diri untuk mengucek-kucek mata,
membersihkan sendal dari belepot lumpur,
untuk segera tanda tangan PO laptop baru,
beli perkakas mewah untuk aset kantor,
bahkan tanda tangan pengambilan Avanza,
sebentar lagi,
belum booking tiket kolektif untuk Umroh para Bapak dan para Ibu,
Namun begitu,
sang pemimpi sejati tetap saja makannya nasi
dan telor penyet,
sekali lagi kawan, maafkan
No comments:
Post a Comment