1/2/15

Arsiran Bayangan Hukum Murphy

Hukum Murphy bolan-balen disinggung di film Interstellar. Bahkan saking mendasarnya, pemain terpenting di dalamnya pun dinamai Murph. Tapi adegan mana yang berkorelasi dengan Hukum Murphy itu? Sampai hari ini masih jadi perdebatan panjang para penontonnya. Dan dengan brengseknya Nolan sang sutradara anteng dengan diamnya.

Hukum Murphy bunyinya begini "If anything can go wrong, it will."

Teorinya cari saja sendiri. Penjelasan yang mudah dari berlakunya hukum Murphy contohnya begini : ketika kita membuat anggaran panitia kegiatan, realisasinya pasti membengkak. Kalau anggarannya pas atau malah lebih, pasti ada penurunan kualitas dari yang seharusnya.

Bingung? Begini, kalau benda 3 dimensi, kubus misalnya, harus diaplikasikan di buku gambar yang 2 dimensi, dia membutuhkan tambahan space untuk kesan 3 dimensi juga arsiran bayangan. Kesan untuk menambah dimensi termasuk arsiran bayangan itulah pembengkakan yang terjadi pada rencana anggaran.

Kubus adalah benda 3D, sementara gambar kubus adalah benda 2D. Proposal rencana kegiatan adalah benda 4D, karena ia berupa kelebatan  rencana dalam benak atau imajinasi, sedangkan kegiatan adalah realisasi imajinasi ke dalam alam real 3D.

Itulah kenapa tingkah polah manusia di bumi selalu saja bikin salah. Karena manusia dalam realitas itu adalah gambar kubus, sedangkan kubusnya sendiri adalah eksistensi manusia dalam dimensi ke-5. Di dalam blackhole, di dalam singularitas, di dalam lautan informasi quantum. Arsiran bayangannya adalah kesalahan-kesalahan yang diperbuat manusia.

Jadi kesalahan itu tidak selalu neraka. Kesalahan itu adalah akibat empiris dari berlakunya hukum Murphy. Sebuah arsir bayangan akibat manusia ke bumi harus downgrade dimensi.

Silahkan cermati sendiri Murph di kamarnya dan kamar Murph di dalam blackhole di film Interstellar. Juga cermati khotib di mimbar-mimbar, yang mensyiarkan perbaikan manusia dengan melalaikan hukum Murphy. Mereka mencoba merobotisasi manusia, mentopengmonyetkan manusia, bukannya memanusiakan manusia.

Begitulah film Interstellar ingin menyampaikan dengan cerdas bahwa manusia itu adalah dzat dimensi 3, juga dzat dimensi 5. Serta film itu dengan cerdas memancing kita untuk menemukan media koneksi internal antara kita (dimensi 3) dan diri kita sendiri (dimensi 5).

Bagaimana mungkin manusia tidak memahami Hukum Murphy, sedangkan Allah adalah Robbun yang memiliki sifat Ghoffur? Silahkan luaskan sendiri hubungannya dengan kenapa kita belum juga bisa membangun ekosistem yang baldatun toyyibatun.

L22,
02 Jan 15

2 comments: