5/6/10

Kalibrasi Kesuksesan

Orang sukses selalu mengalami suatu kurva S tidur di titik terrendah, seperti penyakit cacar, minimal sekali. Kalau belum pernah mengalami tapi sudah sukses, siap-siaplah saja sewaktu-waktu akan menghampiri.

Masa ini pasti terjadi, mengapa? Karena orang sukses itu perlu dikalibrasi. Tanpa dikalibrasi, orang bisa jadi tidak sadar apa faktor yang membuat dia jadi sukses. Jangan-jangan dia sukses karena temannya hebat, dia sukses karena keberuntungan, dia sukses karena uangnya, dia sukses karena sesuatu yang ada diluar dirinya.

Dititik terbawah kurva S tidurnya itulah orang akan mengenali sebenarnya seberapa besar faktor penyukses yang ada di dalam dirinya. Ada banyak indikator sebetulnya untuk mengukur seberapa besar faktor itu, tapi saya ingin bagikan 3 yang umum-umum saja. Kalau faktor penyukses yang tertanam dalam dirinya itu besar, maka dia memang siap sukses, tapi kalau kecil bahkan tidak ada, hm, jangan bangga deh dengan kesuksesan yang akan orang itu raih nanti, rapuh, maya, nisbi, fatamorgana.

Kalau orang tipe kedua itu ditinggalkan temannya, kesuksesan akan berakhir. Kalau uangnya habis, juga demikian. Kalau keberuntungan enggan lagi menghampiri, pun demikian. Maka nikmatilah proses ke-blank-an, blank ide, blank uang, blank partner sebagai timing istimewa dimana enegeri The Power of Kepepet hadir tanpa diundang.

Nah, inilah 3 indikator yang saya maksud di atas dalam proses kalibrasi kesuksesan bernama BANGKRUT itu. :

Level 3 : Bunuh Diri 

Bunuh diri bukan hanya nyemplung sungai atau menabrakkan diri di depan kereta api loh ya. Bunuh diri dalam bentuk halus adalah dengan mematikan keyakinan dirinya akan keberhasilan, tidak ada lagi perasaan hebat dan kebesaran jiwa yang dimiliki sebelumnya. Mati sudah mimpi-mimpi dan harapan oleh benturan realita. Ya, nothing spesial lagi.

Manusia itu makhluk spesial, kalau dia sudah delete perasaan kespesialan terhadap dirinya sendiri, atribut2 spesialnya ia tanggalkan, bukankah itu namanya bunuh diri juga?

Level 2 : Menggadaikan Diri

Ia salahkah keadaan, ia maki-maki nasib yang ia terima, ia berpangku tangan seolah dirinya sudah tenang di dalam pegadaian dan masalah akan terselesaikan dengan kerelaannya mendekamkan diri selayaknya barang tergadai. Itu kondisi parahnya.

Kondisi ringannya, sebelum menggadaikan televisi, hape, atau apapun, cobalah level 1 di bawah ini. Menggadaikan barang-barang bukan pilihan bijak, kecuali bagi orang yang sudah tidak punya pilihan untuk berusaha.

Atau kalau tidak punya barang yang bisa digadaikan, gadaikanlah harga diri Anda dengan mencari hutang pinjaman kesana-kemari. Memang memalukan itu berhutang, tapi asal Anda berkomitmen melunasinya dan benar-benar melunasinya, it's not bad.

Level 1 : Menjual Diri 

Anda punya kaki, berjalanlah untuk menjajakkan dagangan. Anda punya mulut, bersuaralah yang dengan suara itu orang akan mendapatkan manfaat dan Anda berhak mendapat feedback berupa uang. Anda punya motor, berpaculah dengan waktu walau hanya menjadi sales. Anda punya channel, hubung2kanlah hingga mereka merasakan nilai tambah dan andapun uangnya bertambah.

Seberapa kuat Anda menghasilkan uang dalam kondisi minim, itulah kualitas seberapa tinggi derajat level 1 Anda. Kok uang? Ya, uang adalah indikator paling mudah, paling nyata dan paling real untuk menjadi indikator level diri kita.

Ke pegadaianlah sebelum Anda berpikir hanya bunuh diri satu-satunya solusi. Namun, sebelum ke pegadaianlah, berjualanlah kecuali benar-benar berjualan itu tidak bisa.

No comments:

Post a Comment