5/1/11

Hidup untuk Jam Berapa?

Ketika SD, yang menjadi doktrin dunia pada kita adalah bahwa tugas utama kita adalah sekolah, maka prime time kita adalah pagi hari jam tujuh sampai jam tengah dua siang. Selain rentang waktu itu adalah waktu yang lebih santai, bahkan waktu tidak penting. Jadi waktu itu hidup adalah untuk jam 07.00 sampai 13.30.

Kalau kuliah beda lagi, jamnya tidak tentu, prime time nya juga tergantung biro akademik. Kalau tidak ada jadwal, berarti hari itu tidak ada prime time.Hidup untuk jam kuliah, tergantung akademik.

Kalau televisi, prime timenye adalah saat sinetron malam hari. Jam 19.00-21.00 adalah waktu yang jadi rebutan para produser.

Kalau penganten baru, prime timenya adalah sepanjang malam. mungkin... Malam adalah waktu yang dinanti-nantikannya.

Nah, kalau kita, hidup untuk apa? Atau, kapan prime time setiap hari-hari kita?

Hingga April kemarin, prime time ku adalah tengah hari. Waktu yang aku nanti-nantikan adalah tengah hari, ya jam 10.00 sampai 14.00an. Seringnya kalau waktu itu belum tiba, ada rasa "santai saja lah ngapa-ngapainnya", dan seringnya banyak point pekerjaan ditumpukkan ke jam itu "ah, digarap nanti saja lah".

Sampai akhirnya menemui fakta bahwa kondisi disaat jam itu ternyata bukan kondisi terbaik, stamina bukan yang paling ultimate, akibatnya kadang ketika jam yang aku anggap prime time itu datang, aku kewalahan tidak bisa seserius yang aku inginkan, tidak bisa mengerjakan hal sebanyak yang aku mau.

Dan sejak beberapa waktu lalu aku berusaha menggeser prime time, biar hidup lebih pagi, jam 04.00-07.00. Tapi gagal terus, gagal terus. Mudah-mudahan per 1 mei ini ada perbedaan lah, kalau belum bisa ya minimal agak bisa pindah jam prime time ke jam itu.

Itu adalah jam istimewa, para motivator menyebut waktu sekitar jam itu sebagai THE GOLDEN TIME, karena otak berfungsi sangat optimal, dan stamina juga baru bangun tidur, masih utuh, belum berkurang, jadi masih ultimate.

Para penulis mengistimewakan jam itu karena itu adalah jam dimana otak begitu dinamis memproses ide-ide tulisan. Dan orang-orang yang mengistimewakan jam itu lainnya diantaranya adalah Pak dan Bu Darto penjual bubur ayam, bakul-bakul di pasar tradisional, para takmir masjid muadzhin adzan shubuh dan para satpam perumahan, karena di jam itu tugasnya sudah selesai dan sudah bisa tidur lelap dirumah.

Rasulullah SAW juga memberitahu istimewanya orang yang menghidupkan waktu itu. Apabila seseorang sholat shubuh, lalu tidak beranjak dari masjid, mengisi waktu itu dengan amaliah, sampai ia melaksanakan sholat dhuha di awal waktu, maka pahalanya seperti haji dan umroh, sempurna, sempurna, sempurna.

Jadi, kapan prime time kita? sudah tepatkah? kalau belum, mau digeser ke waktu yang lebih tepat? Apa malah kita tidak punya prime time? Haduh-haduh... hidup mengejar apa sampai prime time saja tidak punya.

---

Dari Anas Radhiyallahu Anhu, dari Nabi shallalahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: ” Barangsiapa menunaikan sholat subuh berjamaah di masjid, kemudian duduk ditempat shalatnya untuk berdzikir kepada Allah Ta’Ala sampai matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yg menunaikan ibadah haji dan umrah yg sempurna, sempurna, sempurna”.

No comments:

Post a Comment