7/5/11

Melukis Juli

Di bulan ini akan ada banyak lomba melukis. Kenapa? Karena ada satu hari istimewa buat anak-anak di bulan ini. Hari anak nasional.

Tentu saja aku tak bisa mengikuti lomba itu, karena aku bukan anak-anak. Kalaupun ada lomba lukis orang dewasa, seribu orang bahkan malaikat juga tahu dan menegur sebelum berangkat "kamu tu bisa apa, he, plis deh lomba ini khusus buat para pelukis tau!"

Hidupku dulu digambar, dengan garisan perencanaan, dihitung dengan busur derajat anggaran, dibatasi dengan garis tepi 'realita' yang tidak boleh ditrabas, dan disana-sini dipenuhi dengan bentuk-bentuk sudut, yakni sudut pandang dari hasil pembanding kehidupan orang lain.


"Kamu itu nggak tegelan, nggak bakat jadi pebisnis." atau"Ia, di bisnis aku percaya kamu bisa sukses, tapi nanti nunggu tua, kayak Bob Sadino." adalagi "Kamu tuh nggak kayak si X, dia bisnisnya jalan, kuliahnya rapi, udah nikah pula." ditambah lagi "Kamu itu sudah tua, sampai kapan kamu mau 'playon' mainan terus." Dan masih banyak lagi lainnya. Semua itu benar-benar membuat kertas A3 kehidupanku menjadi bergambar begitu tidak indah.

Aku memasuki juli dengan mempersiapkan diri membeli alat-alat lukis. Menyiapkan kanvas 'Iman', dengan cara mendekonstruksi makna iman tidak sebatas pengertian definitif, teoritis dan normatif dari pengajian-pengajian. Juga membersihkan beberapa kuas yang selama ini lusuh, kuas 'Dhuha', kuas 'itikaf', kuas 'tilawah' dan kuas 'sodaqoh'.

Dan tentu saja cat untuk lukisnya disiapkan pula, ada cat warna 'Hasbunallah..", ada cat "Zam-zamallah", ada "Robbi adhilni..", ada banyak lah, nanti tinggal pilih sesuai kebutuhan saat lukis. Bukan text nya, tapi maknanya, itu yang terpenting.

Sudah tahu kan bedanya melukis dan menggambar? Menggambar itu bergantung pada alat, membuat garis harus pakai garisan, membuat sudut harus dihitung. Menggambar membutuhkan panduan, lihat gambar model, parahnya yang dimodel adalah orang lain, yang sama sekali berbeda dengan kita.

Sedangkan melukis, melukis itu relaks, melukis itu tak perlu model apapun, tak ada keharusan menggaris selurus apa, membuat sudut sebesar apa. Tak ada batasn menggunakan warna apa dan warna itu didampingi apa. Tak ada target harus dilihat orang bagus.

Aku ingin melukis hari-hariku, tidak lagi menggambarnya. Aku ingin menjalankan bisnis senikmat pelukis melukis. Dan aku sekarang tahu Iman itu bukan digambar, tapi dilukis. Iman itu diguratkan bukan dengan rasional, dengan panduan hukmiah belaka, tapi dengan rasa, rasa yang sumbernya hati, yang di dalamnya ada unsur kepekaan irama, nuansa, menembus cakrawala.

Selamat melukis hari hari di bulan Juli ini, aku ucapkan pada diriku sendiri, dan pada siapapun yang sedang melukis. Yakinlah lukisanmu itu sudah bagus, tidak usah resah merasa harus sebagus orang lain, alat ukur kebagusan itu bukan orang lain. Biarlah orang lain mapan dengan pemikirannya, nyaman dengan statusnya, pendapatannya, gajinya, cara berpikirnya.

Lukisanmu bukan lebih jelek atau lebih bagus dari mereka, tidak usah pikirkan itu. Tetapi pikirkan, lukisanku hanya berbeda saja. Masuk Ramadhan, lukisan tinggal di pajang, Dan selesai Ramadhan semoga Tuhan menyukai lukisanku dan Dia mau membayarnya. Amin, mohon doanya ya teman-teman semua dengan satu Al Fatihah.

Background dari Google. Font : Comic Andy

No comments:

Post a Comment