7/30/11

Untuk Kebersamaan

Kemarin jumatan di masjid dekat terminal lama. Materinya ya materi layaknya khotbah jelang Ramadhan. Puasa jangan cuma dari makan, minum dan hubungan sex, tetapi mata juga puasa, telinga juga puasa, bla..bla..bla.. dan seterusnya.

Hingga akhirnya pada sampai pada pembahasan, bagaimana kelompok mereka mendeklarasikan sikap terhadap penentuan hari pertama puasa. Mereka ikut pemerintah, melihat hilal dulu. Alasannya ada dua :

Pertama : dalilnya jelas, melihat hilal atau menggenapkan bulan sya'ban jadi 30 hari. Kalau ada cara selain itu, maka itu termasuk mengada-adakan cara baru
Kedua : Puasa dan Idul Fitri itu ibadah kolektif, sudah semestinya menjaga kebersamaan diutamakan, maka ikutlah ketentuan penguasa masyarakat setempat (Pemerintah).

Point pertama saya kurang bisa menerima, bahwa misalnya cara Muhammadiyah itu mereka sebut sebagai cara baru yang diada-adakan, sepertinya tidak deh. Misalnya begini, ada pilot sekolah, lalu diberi penjelasan oleh dosennya... kalau mau landing, kamu harus melihat landasan.

Nah, melihat bisa diartikan, mata kepala menatap itu landasan. Tapi melihat juga bisa diartikan "mengacu", artinya menggunakan segala instrumen yang bisa digunakan di pesawat untuk bisa mengacu perhitungan terhadap letak landasan.

Melihat, tentu tidak bisa diplot artinya hanya satu : menatap dengan mata kepala. Tetapi juga bisa diartikan "mengacu" atau "berpedoman". Yang termasuk cara baru dalam menentukan bulan puasa adalah bila hari pertama Ramadhan ditentukan tidak dengan mengacu pada posisi bulan, tetapi pada matahari, atau komet misalnya.

Analoginya sama seperti di butir-butir surat keputusan (SK), ada kata menimbang, mengingat, memperhatikan, dst... Nah, kata menimbang juga bukan berarti menyediakan alat timbangan kan?

Itu tentang point pertama. Selanjutnya tentang point kedua, tentang kebersamaan. Nah, inilah yang penting. Saya sampai sekarang juga masih bertanya-tanya, apa si yang membuat mereka kok keukeuh dengan cara melihat hilal versi berhitung mereka, seberapa tidak afdol dalam keyakinan mereka to mengikuti cara melihat hilal versi pemerintah? Kok ya keafdolan dan tidak afdolan itu lebih dipentingkan, ketimbang menjaga kebersamaan?



No comments:

Post a Comment