4/3/12

Logika Zaman

Setiap zaman punya logikanya sendiri. Misalnya di jaman mempertahankan kemerdekaan, kalau ada anak muda kok nggak bergabung di kesatuan, ya namanya pace. Juga di zaman supermaterialistis dan ultrajahiliah saat ini, kalau lulus nggak punya pekerjaan tetap ya namanya tidak waras.

Logika-logika bertumpuk dari kesepakatan tanpa sadar anggota masyarakat. Siapa yang tidak bisa menarik benang substansi akan terjerat, tercekik, mati oleh logika-logika bentukan masyarakat di zaman itu. Bukan mati jasadnya, mati jatidirinya.

Termasuk logika BBM, aku benar-benar tidak habis pikir. Pejabat-pejabat itu heboh dengan argumentasi masing-masing, tidak kalah Presiden dengan pidato mbulet + bertele-telenya 31 Maret kemarin.

Lha wong simple kok. Kalau memang subsidi BBM tidak tepat sasaran, lebih dinikmati oleh orang kaya, gampang : naikkan pajak mobil dan motor 2-10 kali lipat. Kelebihan pajak itu dipakai untuk mensubsidi harga premium. Beres!!!

Jadi, bukan negara yang mensubsidi bahan bakar, tapi dia sendiri empunya mobil yang mensubsidi bahan bakarnya.

Ya jelas tidak menjadi gampang, menjadi tidak bisa dimasukkan logika kalau kebijakan ini diterapkan. Orang pejabat2 pembuat kebijakan kita hidungnya persis dibawah bokong perusahaan otomotif multinasional!

Iya, to?

No comments:

Post a Comment