12/29/12

tiga jenis presiden

SETELAH era Presiden Soeharto, menurut humor politik, kita punya tiga jenis presiden. Misalnya Prof Habibie. Orangnya hebat, langkah-langkahnya jitu. Dia bebaskan pers. Dia hapus istilah pri-nonpri. Dia bikin demokrasi lebih baik. Dia restrukturisasi utang konglomerat agar ekonomi segera jalan. Dia bikin nilai satu dolar AS dari Rp 15.000 menjadi tinggal Rp 6.500. Dia merdekakan Timtim sehingga presiden berikutnya tidak perlu lagi terbebani soal Timtim. Dan banyak lagi. Namun, Habibie disebut sebagai orang hebat yang memerintah di waktu yang salah. Saat itu euforia reformasi lagi berada di puncaknya. Apa pun yang dia bikin akan disalahkan. Maka, secara guyon, Habibie disebut juga sebagai right man in the wrong time.

Lalu, kita punya Presiden Megawati. Banyak yang menilai orangnya tidak hebat. Bukan administrator dan bukan pula profesor. Tapi, Mega memerintah pada waktu yang sudah tepat. Orang sudah lelah dengan reformasi sehingga menjual BUMN pun sudah tidak terlalu banyak didemo. Mengampuni konglomerat hitam pun tidak sampai menggoyahkan kedudukannya. Timing (ketepatan waktu) memang sering menentukan dan tidak bisa diulang. Secara guyon, lantas Megawati disebut wrong woman in the right time.

Kita juga punya satu jenis presiden lagi: Gus Dur. Ia adalah presiden yang membuat istana kepresidenan tidak angker dan berani melakukan demiliterisasi. Keberaniannya memecat Menko Polkam Jenderal Wiranto termasuk dipuji banyak pihak. Namun, kekurangan fisiknya (beliau tidak bisa melihat), ditambah kebiasaan njaili lawan-lawan politiknya, masih ditambah pula situasi euforia reformasi yang belum sepenuhnya reda, membuat Gus Dur sering disebut dalam guyon itu sebagai wrong man in the wrong time.

Sumber dari : sini

No comments:

Post a Comment