3/24/09

ANDONESIA dan ANDALUSIA

Seperti yang pernah dikupas di sebuah majalah, dalam kurun 1.000 tahun terakhir, di banyak bidang umat Islam jauh tertinggal. Betul-betul tertinggal. Tidak percaya? Baiklah, kami bentangkan fakta-fakta berikut ini.

Hampir semua negara mayoritas Muslim yang mencicipi kemajuan disebabkan oleh sumber daya alamnya, seperti minyak, bukan karena sumber daya manusianya. Dari 56 negara mayoritas Muslim, masing-masing memiliki rata-rata 10 universitas, yang berarti totalnya lebih-kurang 600 universitas, untuk 1,4 miliar penduduknya. Bandingkan dengan India yang mempunyai 8.407 universitas dan Amerika Serikat yang mempunyai 5.758 universitas.

Dari 1,4 milyar umat Muslim hanya melahirkan 8 peraih hadiah Nobel, 2 diantaranya di bidang fisika. Sedangkan bangsa Yahudi, yang jumlahnya hanya 14 juta jiwa, ternyata mampu melahirkan 167 peraih hadiah Nobel. Untuk mereka yang layak disebut ilmuwanpun, umat Muslim hanya mempunyai 300.000 orang. Artinya umat Muslim hanya mempunyai 230 ilmuwan per satu juta warganya. Sedangkan Amerika serikat mempunyai 1,1 juta ilmuwan (4.099 per satu juta) dan Jepang 70.000 (5.095 per satu juta).

Untuk lingkup yang lebih sempit, yakni tanah air, keadaanya tidak jauh berbeda, sampai tahun 2000-an, umat Muslim Indonesia masih termasuk kelompok marginal. Terutama di bidang ekonomi. Yang menggelikan, tiap kali disodorkan fakta-fakta di atas, umat Muslim gemar sekali mengungkit-ungkit masa lalu. Mau tahu seperti apa responnya?

Dengan gesit mereka berkelit, ”Jangan salah! Islam itu pernah jaya. Lihat peradaban ANDALUSIA, yang sempat berkilau dan memukau di dunia selama delapan ratus tahun. Dengan damainya umat Musim, Nasrani dan Yahudi hidup berdampingan di sana.” Seolah-olah ia ingin menutupi kemunduran Islam pada masa kini. Bukankah yang terpenting itu adalah masa kini dan masa depan?

Kita patut bahagia, mulai bermunculan Muslim-Muslim muda Indonesia yang mencetak prestasi, baik di bidang bisnis, dakwah, akting, tarik suara, maupun sastra. Mulai dari Syafii Antonio, Ary Ginanjar sampai Abdullah Gymnastiar. Mulai dari Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Yusuf Mansyur sampai Ustadz Jefri. Mulai dari Hadad Alwi, Sulis hingga Opick. Mulai dari Neno Warisman, Helvy Tiana Rosa juga Habiburrahman El-Shirazy dan tak lupa Dedy Mizwar.

Gebrakan demi Gebrakan pun mengalir dan bergulir. Mereka berjuang. Ibaratnya, mengembalikan kejayaan Andalusia di bumi Indonesia. Bukankah sebagian orang Timur Tengah menyebut Indonesia dengan Andonesia? Selisih tiga huruf dengan Andalusia. Oleh karena itu, orang Timur Tengah percaya INDONESIA adalah Andalusia masa depan.

Mudah-mudahan kita termotivasi dan terinspirasi untuk mengambil bagian dalam memperjuangkan Andalusia masa depan. Go Andonesia! ** (Disadur dengan perubahan dari Buku Muhammad Sebagai Pedagang – Ippho Santosa)

No comments:

Post a Comment