3/28/09

Rizky : Jadi Headline Media


“80% belajar dari yang terbaik, 20% belajar dari siapa saja”, begitu tandas presiden. Ini adalah pesan populer Tung Desem Waringin, salah satu inspirator beliau sebelum menjejakkan kakinya sebagai RI 1 dengan segudang prestasi sebelumnya.

Presiden pertama yang berlatarbelakang entrepreneur, mengaku sebagai murid dari profesor-profesor universitas kehidupan diantaranya Bob Sadino, Zainal Abidin, Supardi Lee juga Purdi E Chandra, memang tidak salah bila dikatakan orang sebagai penyambung tongkat estafet kebangkitan bangsa dari generasi sebelumnya, Syafii Antonio, Ary Ginanjar, Aa Gym, Dedy Mizwar, Hidayat Nur Wahid juga Yusuf Mansyur.

Tidak berbeda dengan riwayat sukses entrepreneur tanah air lainnya, beliau menapaki karir RI 1 nya dengan satu garis politik istimewa diluar kelaziman, ”Islam masuk ke negeri ini juga melalui tangan para saudagar, saudagar kan entrepreneur, iya to..”, ujar beliau lugas.

Pondasi bisnisnya dibangun dengan sebenar-benar pemantapan kekuatan SDM, ”serdadunya dulu dibangun, baru dipilih-pilih senjatanya”, itulah yang mendasari duplikasi luas program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri yang tadinya mandul menjadi energik bak disuntik purwaceng asli Dieng. BLT dihapuskan, stimulus dana macam-macam juga, betul-betul kas negara terpangkas habis untuk pelatihan-pelatihan, mulai dari pelatihan normatif hingga pelatihan aplikatif untuk pengembangan SDM Indonesia yang unggul, unggul dalam artian produktif dan mandiri.

”Produktif artinya punya apapun, bisa dilipatgandakan nilai gunanya, mandiri artinya tidak bergantung pada stimulus pihak manapun.”jelas presiden. Beliau memang orang lapangan, kalau diklasifikasikan pada Roda Bob Sadino (RBS), beliau adalah orang kuadran II, orang yang belajar BISA dari universitas kehidupan, namun tak terbantahkan kiprah besarnya.

Pencapaian besar produktivitas dan kemandirian negeri ini tidak bisa terlepas dari dukungan sang istri, ibu negara tercinta. Dari penuturan beliau, tergalilah perjalanan indah kiprah salah satu pimpinan negara terfenomenal di dunia ini. Basic belief kepemimpinan beliau adalah ”Satu-satunya cara mengatasi permasalah bangsa ini dan memajukan bangsa ini adalah dengan entrepreneurship”, basic education beliau tidaklah istimewa, kuliah di beberapa kampus hingga barulah terselesaikan pada kampus yang ketiga, tidak lain adalah kampus yang beliau bangun sendiri.

Perjalanan yang tidak mudah namun tertangani ketika harus memiliki kampus sendiri, perjalanan pertamanya adalah dengan menggenjot jam terbang dan arus kas, hingga dana usaha mencukupi untuk membeli aset bergerak dan tidak bergerak. Aset tersebut berfungsi sebagai stimulus modal, stimulus eksistensi usaha sekaligus stimulus kepercayaan diri untuk dapat terus thinking out of the way of think.

”Aset bergerak pertama yang dimiliki oleh usaha awal beliau dan tim saat itu adalah mobil”, ujar Ibu Negara yang waktu itu belum dipersungting. Yang berikutnya adalah properti berupa rumah yang difungsikan sebagai productive office. Terus berkembang ide usaha, relasi usaha juga keberanian mengambil peluang-peluang, maka mulailah bergulir pelatihan-pelatihan aplikatif untuk kalangan masyarakat umum, di ranah inilah presiden mulai bersentuhan dengan birokrasi secara praktis juga kalangan masyarakat secara aplikatif dengan memanfaatkan PNPM Mandiri, tak dinyana, keberadaan pusat pelatihan, RT RW Net, situs marketing Agency, kendaraan operasional milik pribadi, bahkan hingga hal sepele seperti line telepon dan fax memiliki kontribusi besar pada percepatan program pelatihan aplikatif yang difollow up dengan pembentukan kelompok usaha dan pemasaran produk yang komprehensif bersubyek masyarakat ini.

Pemerintah saat itu mulai melirik dan antusias terhadap presiden dan tim, dukungan terus bergulir, semakin banyak masyarakat yang terberdayakan, sementara itu beliau yang memiliki bakat multytasking terus mengembangkan pusat pelatihannya menjadi lembaga pendidikan resmi berbendera LP3I, dari kampus inilah beliau menamatkan gelar S1 dan menjadi modal beliau melanjutkan study S2 Magister Komputer.

Atas kiprah dan prestasi beliau sebelum menjabat RI 1 waktu itu dibidang pemberdayaan SDM untuk pengolahan produktif SDA dan pengembangan sektor Agro, beliau mendapat gelar doktor honoris causa dari Institut Pertanian Bogor (IPB), inilah momentum pertama kalinya beliau masuk ke auditorium megah IPB, Graha Widya Wisuda.

Sebelum Gelar Dr HC beliau sandang, atas perkembangan grup usahanya beliau mendapat predikat sebagai The Most Powerfull People & Idea in Bussiness versi majalah SWA. Dan satu yang pantas menjadi sorotan keteladanan dari beliau adalah semangat beliau untuk menebarkan motivasi di setiap lini dan kesempatan, hingga beliau populer sebagai penceramah semangat ”Ibu pertiwi rindu jenderal Soedirman baru”, karena itulah disamping sebagai pemateri seminar, trainer pengembangan diri, tak pernah lewat satu jumatpun beliau memberikan khotbah jumat penyemangat yang penuh pesan-pesan untuk TOTAL ACTION mengguncang setiap jamaah dimanapun masjidnya untuk takqwa sebenar-benar taqwa.

Tidak berhenti disitu, bukan hanya berkoar-koar memberikan semangat, Presiden berhasil menghidupkan Islamic Center di setiap kabupaten bahkan kecamatan di Indonesia dengan semangat entrepreneurship. Koperasi Masjid Raya se-Indonesia memungkinkan tidak ada danan kas masjid yang vakum hanya untuk membayar tagihan listrik ,air dan membeli wippol, ”semua harus terberdayakan dengan optimal, karena kotak infak masjid adalah amal jariyah jamaah, tidak boleh vacum”..tandasnya lagi. Hal ini berimbas, setiap masjid besar menjadi memiliki Hall yang diminati untuk seminar, pelatihan dan pernikahan, juga perpustakaan masjid dikembangkan sebagai toko buku yang up to date, pusat kuliner, pusat rapat, taman pintar untuk anak-anak, rapat informal, temu kangen, acara keluarga dan jadilah masjid sebagai sentra aktivitas masyarakat yang paling diminati.

Atas kiprah itu, presiden mendapat predikat setahun setelah majalah SWA menyanjungnya, kini giliran Republika memberikan gelar sebagai salah satu Tokoh Peruhahan Indonesia.
RI 1 kali ini memang unik, karena itu beliau tidak pernah didadapati hadir di peresmian ini dan itu, juga pembukaan ini dan itu. Begitulah manajemen pemerintahan yang beliau terapkan, beliau tidak pernah menghadiri acara-acara yang sifatnya seremonial atau formalitas belaka, baik di dalam atau di luar negeri selalu wakil presiden yang datang. Begitu juga para menteri dan jajaran pemerintahan di bawahnya, semua acara normatif hanya boleh oleh wakil, ”tugas pemimpin adalah membuka jalan, dari muda sudah terbiasa pekerjaan saya survay-survay, membuka jalan baru...”.

Akibatnya, presiden selalu punya waktu untuk menyapa rakyat dari satu pelosok ke pelosok lainnya dalam artian sesungguhnya, betul-betul menyentuh rakyat, ”bangsa ini akan bangkit bila sektor riilnya berhasil kita tingkatkan.”. Apalagi paspampres dipilih secara selektif, ultra-selektif, sehingga sangat jarang sekali iring-iringan presiden bersirine, dan bukan hal yang aneh bila presiden turun ke sawah ke pantai tanpa terlihat pengawalan.

Itulah sekelumit gebrakan yang dibuat presiden kita, presiden yang menyeragamkan semua kendaraan dinas sama dengan kendaraan camat yakni Toyota Avanza G-vvti hitam, dan itu juga satu pejabat satu mobil saja, ketua DPR sekalipun, semua mobil dinas mewah dijual, untuk modal usaha rakyat, untuk biaya pelatihan pejabat.

Presiden yang lancang menyeragamkan kendaraan anggota dewan sama dengan kendaraan jemputan anak SD, menggunakan bus antar-jemput. Presiden yang tidak memperhatikan besarnya gaji, yang diperhatikan adalah etos kerja, etos pikir dan etos renung jajarannya. Presiden yang membayar mahal instalasi online servise semahal penyelenggaraan pelatihan dan permodalan mental entrepreneurship, demi efisiensi birokrasi.

Online servise yang salah satunya berfungsi sebagai marketing agency center ada di setiap kecamatan. Itu salah satu upaya serius beliau mengembangkan atmosfer entrepreneurship, disamping upaya sadis lainnya yakni menaikkan pajak penghasilan (pph) hingga 30%, agar rakyat tak tertarik jadi pegawai.”

Presiden yang selalu menjadi imam sholat dimana beliau berada, menjadi khotib jumat dimana beliau berada, menjadi motivator pembakar mental produktif dan mandiri dimanapun berada, produktif menulis buku-buku ketimbang membaca naskah pidato yang dibuatkan protokolernya, turun langsung ke ladang kobis ketimbang menekan sirine peresmian, berbincang dengan pedagang asongan ketimbang dengan menlu negara lain.

Presiden yang lebih fasih bahasa Arab ketimbang bahasa Inggris, ”biar mereka yang belajar bahasa Indonesia kalau perlu ngobrol dengan saya” ujarnya ketus.

Presiden yang memberikan motivasi di setiap rapat kabinet, presiden yang mencengangkan dunia. Begitulah penuturan sang istri tercinta tentang sekelumit perjalanan beliau, bermula dari media motivasi sederhana, berkembang jadi instrumen pondasi mental berujud pusat pelatihan, menjelma jadi stimulus kepercayaan diri tim dalam wujud aset bergerak, meningkat menjadi wahana belajar yakni sebuah kampus swasta pilot project learning center sekaligus pusat motivasi anak muda, merambah dalam bentuk pelatihan dan gerakan nyata berbackup PNPM Mandiri, menjamur dalam bentuk training entrepreneurship, seminar kemandirian hingga khotbah jumat Total Action, berbuntut serentetan penghargaan dari Majalah Swa, Republika, hingga Dr HC dari IPB, semakin menggeliat dengan pemberdayaan dana kas masjid-masjid se-Indonesia hingga Masjid menjadi tempat yang jauh lebih dinamis dan menjadi center of the town menggulingkan mal-mal termegah, berlanjut pada Sidang Istimewa MPR yang mengaklamasikan tuntutan rakyat mayoritas untuk mengangkat pemimpin negara tanpa harus menunggu Pemilu, dan jadilah Indonesia Emas.

Anak mudanya memanfaatkan facebook sepertihalnya bagaimana Jenderal Soedriman memanfaatkan facebook untuk menebar semangat seandainya beliau sudah mengenalnya dulu. Anak mudanya menggunakan handphone sepertihalnya Imam Bonjol menggunakan handphone untuk menyusun strategi kemerdekaan seandainya sudah ada dulu. Anak mudanya berkomitmen ’belajar’ seperti Adam Malik membaca buku. Anak mudanya bervisi seperti Gajah Mada tak ragu memancangkan sumpah dahsyatnya. Indonesia kini menjadi bangsa yang begitu mencengangkan dimata orang-orang yang terlalu sibuk dengan perut dan kepentingan dirinya beberapa tahun yang lalu.

Presiden yang hebat itu, tak perlu disebutkan namanya semua juga tahu. ”Bismillah mas...”, dukung sang istri.

No comments:

Post a Comment