Bukankah dari dulu memang kita sudah terbiasa dicap aneh?
disaat semua rajin mengikuti pemaparan dosen,
sendirinya jalan-jalan ke purbalingga, banjarnegara, hanya untuk menjadi loper koran,
disaat semua rajin mengikuti musyawarah anggaran, rapat BEM,
sendirinya mengadakan pelatihan buat anak-anak OSIS, cuma 11 orang pula yang datang,
disaat semua dipuji dengan IPK tinggi,
sendirinya asyik berkenalan dengan pengusaha-pengusaha lokal maupun nasional,
Maka apa bedanya dengan keanehan sekarang,
ke Kampus naik mobil hasil usaha sendiri,
kenal dengan pengusaha dan pakar lifting nasional,
mendapat tawaran dan peluang event dan usaha bernilai juta, puluh bahkan ratus,
disodori sekian banyak surat lamaran kerja,
hidup adalah pilihan,
sebebas-bebasnya setiap dari kita boleh mimilih,
sayangnya,
kita tak bebas menentukan konsekuensinya,
kalau hari ini saya bahagia,
itu konsekuensi atas pilihan saya dulu,
kalau hari ini kalian bingung,
itu juga konsekuensi atas pilihan kalian dulu,
maka, sebelum mengatakan 'iya' atau 'tidak',
timbang-timbanglah benar, konsekuansi atas jawaban itu nanti,
karena hari ini memang kau bisa memilih jawabannya,
tapi besok kau tak bisa memilih konsekuansinya
"rugi, tak punya sahabat sepertimu Rizky..."
No comments:
Post a Comment