9/23/10

Cukup Jadikan itu Pemacu, Bukan Peresah

Hari ini talkshow Inspirasi Entrepeneurship di kampus Akatel berlangsung lancar, antusias dan saya sendiri puas dengan performa tadi. Slide terakhir yang saya tampilkan tadi di baris paling bawah sebagai inti materi adalah "berpikir linear v.s. berpikir lateral".

Ini sebetulnya bukan slide untuk mereka saja, tapi slide untuk diri saya sendiri. Agar tidak terjebak dalam alur berpikir linear ketika dilontari pertanyaan-pertanyaan yang terkesan menekan. Contohnya adalah pertanyaan ini "Lah, kamu kapan nikah?", yang dilontarkan bertubi-tubi selama rangkaian silaturahim Idul Fitri keliling diantaranya ke guru-guru SMA tercinta kemarin.

Pertanyaan itu, harus kita analisis asbabun-nya atau latar belakang kenapa pertanyaan itu dilontarkan. Apakah sebuah pertintah untuk kita lekas menikah, atau sebuah bumbu komunikasi yang ringan, menggelitik tetapi mengesankan perhatian personal yang dekat?

Berpikir linear terhadap pertanyaan itu dan pertanyaan lain yang serupa hanya akan membuat kita terjerumus dalam lubang bernama keresahan. Karena itu, berpikir lateral saja, cukup jadikan itu sebagai pemacu, tidak perlu merasa tidak nyaman, sehingga kita mempercepat nikah kita atas dasar ingin menjawab pertanyaan itu secepatnya, bukan lagi karena niat sucinya sebuah pernikahan.

Sering bukan? kita terjebak dalam kekeliruan niat semacam itu? Misalnya di kasus lain, ada orang menutup akun facebook, sebenarnya ingin membukanya lagi, tapi karena gengsi, ia tak kunjung membukanya. Bayangkan, susah-susah tutup akun bukan karena niat ingin memetik manfaatnya, tetapi karena demi gengsi.

Begitu juga dengan wisuda, niat suci mengambil bagian dalam perhetalan wisuda sebagai perhelatan proklamasi diri bahwa skill yang ia ilmui sudah melampaui batas kapasitas, eh banyak orang justru memburu-buru wisuda karena resah dengan slentingan dan omongan orang, termasuk orang tua.

Hal semacam itulah yang memboroskan amal, kinerja meningkat tapi niat tidak terpelihara, sayang... mubah... . Mending si tidak usah nikah saja, atau buka saja itu akun facebook, atau tidak usah wisuda saja, daripada niat ingsun memuja gengsi diri.

Ya sudahlah, intinya, jangan resah oleh omongan orang, karena belum tentu orang ngomong seperti itu sedang dalam konteks menuntut, bisa saja cuma sekedar menggelitik. Jadikan saja itu pemacu. Kalau itu menimbulkan keresahan dan keresahan tidak bisa diusir, percayalah, setelah pertanyaan itu terjawab akan menyusul pertanyaan berikutnya, "Kapan punya rumah?", "Kapan punya anak?", "Kapan punya mantu?", "Kapan punya cucu?", "Kapan kamu mati?"...

Haha, mending mati sekarang, daripada menghabiskan umur hanya untuk bergumul dari keresahan akibat :
1. omongan orang
2. gengsi diri



CMIIW

No comments:

Post a Comment