9/30/10

Rahasia Dibalik Bilangan Ganjil

Sewaktu dulu saya ikut pelatihan Kewirausahaan bersama Pa Supardi Lee di Auditorium salah satu Fakultas di IPB saya diajari tentang "anchor", atau istilah Indonesianya jangkar. Jadi, kita membuat satu gerakan khusus, misalnya menceplikkan jempol, menggenggam tangan atau apapun lah, yang dengan itu kita jadikan shortcut atau penghubung dengan memory kita yang berisi semangat, kemenggebu-gebuan dan lain sebagainya.


Sederhananya, dengan kita mengepalkan tangan misalnya, diri kita jadi tergerak untuk semangat lagi, mengulang semangat di suatu waktu yang pernah kita alami dulu. Itulah anchor.


Saya mengistilahkan itu dengan aktivitas "mengingat semangat" atau bahasa Arabnya mungkin "Dzikrul Semangat" (ngarang....), karena dengan melakukan apa yang menjadi anchor kita, memory tentang semangat hadir di diri kita.

Ternyata hal itu bukan ilmu baru, sudah diajarkan bagaimana Dzikrullah dengan metode anchor sebagaimana yang diajarkan Pa Supardi Lee di atas. Bagaimana caranya?


Hadits Qudsi menyebutkan, "Innalloha mitru, wayuhibbul witru", yang artinya, sesungguhnya Allah itu ganjil dan mencintai yang ganjil.


Nah, bilangan ganjil diajarkan-Nya untuk menjadi anchor atau jangkar untuk mengingat-Nya. Kita memilih hari untuk bepergian, "hm, tanggal 13 apa 14 ya?" lalu sontak kita memilih "tanggal 13 ah!", kemudian seorang teman berkata "kenapa 13?", lalu kita menjawab "Innalloha mitru, wayuhibbul witru", bukankah itu artinya kita sudah melaksanakan aktivitas mengingat Allah? Dzikrullah?


Bukan hanya mengingat, tetapi juga memilih apa yang Dia cintai. Nah, mulai sekarang jadikanlah bilangan ganjil sebagai anchor atau jangkar untuk mengingat-Nya. Ketika kita bimbang memilih hari untuk bepergian, pilih yang ganjil, ketika membeli sesuatu pilihlah jumlah yang ganjil, ketika menyalakan volume televisi tetapkan pada volume ganjil, dan setiap kali ada orang bertanya atau diri kita sendiri yang bertanya, "kenapa?", maka jawablah "Allah itu ganjil, dan menyukai yang ganjil". Maka kita sudah mengingat-Nya, sudah melibatkannya.


Quraish Syihab mengatakan, "Esensi beragama adalah melibatkan Allah dalam setiap urusan kita."


Wallahu'alam, CMIIW.



Sumber dari kuliah taraweh di Masjid Daarut Tauhid

No comments:

Post a Comment