9/10/12

Menara Gading itu Bernama : Bank

Bank itu megah, sewa gedungnya pasti di jalan protokol. Bank itu megah, penataan ruangannya, desain interiornya, perabotnya, tata lampunya.

Tapi Bank, tidak bisa melayani konsumen dengan hati. Antri panjang, fasilitas paling mentok ya nomor antrian dan kursi. Masih disuruh menuliskan sendiri form setor. Disunat uang kita dengan alasan biaya administrasi. Ada saldo minimal dalam rekening tanpa alasan yang pernah merasa perlu untuk dikomunikasikan. Kalau penutupan rekening, dipotong pula uangnya dengan kedok biaya administrasi. Sekalipun berlabel syariah, apa aktivitas berhenti ketika adzan? Bagaimana dengan nasib karyawannya, hampir lembur setiap hari, seolah-olah hidup untuk bank bukan bank untuk hidup.

Mesin setor tunai yang rusak bertahun-tahun belum juga diganti. Ini menandakan bank begitu fakir, mengganti mesin saja tidak mampu. Penampilannya mentereng, tetapi kefakirannya membuat bank berhak untuk mendapatkan sodaqoh jariyah, paling tidak untuk bisa mengganti mesin setor tunai. Menambah jumlah teller sehingga kalau ramai teller ditambah, kalau sepi bisa dikurangi.

Agar bisa pula lebih produktif sehingga tidak perlu lagi ada biaya administrasi bulanan. Kalau tidak bisa lebih produktif, ya berendah hatilah, sewa kios dipinggir sawah, jangan gedung yang kelewat mewah. Mungkin dengan itu, operasional bulanan bisa ditekan, dan uang nasabah tidak perlu disunat-sunat.


No comments:

Post a Comment