9/3/12

Sakit Pikiran, Sehat Jiwa


Lupa kapan aku puasa ramadhan pertama full sebulan, hm, sekitar kelas 3-4 SD kalau enggak salah. Yang jelas kalah sama adikku yang paling kecil, yang dari TK sudah puasa full setiap Ramadhan. Yang dinanti saat puasa adalah buka. Buka puasa jadi moment tradisi tersendiri dari kurun waktu demi waktu perjalanan umurku.

Selama SD aku selalu buka puasa dirumah. Karena jaman SD belum ada bukber kelas, bukber ekskul dll. Lalu beranjak SMP, masih sama, selalu buka puasa dirumah. Selama 3 tahun aku SMP selama itu pula presidennya Gus Dur, satu-satunya presiden yang membuat anak-anak sekolah matigaya : 1 bulan penuh libur...enggak ketemu teman-teman acan.

Beranjak SMA, baru deh jarang buka dirumah. Ya, bukanya di kost. Kecuali ada undangan-undangan bukber di sekolahan. Jaman SMA dulu ada buka bersama kelas, biasanya dilanjut dengan jadwal giliran taraweh di sekolah. Buka bersama jadi moment mengesankan tersendiri yang merekatkan keakraban satu sama lain.

Di SMA pula aku mengenal tradisi 'hunting tajil'. Tidak seperti mushola di kampung, masjid di kota banyak yang menyediakan menu berbuka. Wah asik-asik, apalagi si yang lebih menggembirakan bagi anak kost selain : makan gratis? Maka investigasipun dimulai, oh di masjid ini ada takjil + nasi, di masjid ini takjil doang, di masjid ini kadang ada kadang enggak, di masjid ini enggak semuanya kebagian. Dan seterusnya.

Kuliah, jadwal buka bersama makin beragam..ada bukber kelas, bukber organisasi, bukber komunitas, bukber anak nongkrong, berasa ramadhan kurang cuma 30 hari untuk giliran buka bersama doang. Belum termasuk bukber di panti. Kecuali tahun ini, hampir tiap taun aku dan teman-teman adakan bukber di panti, dengan berbagai variasi acaranya. Ya senang kita, karena bisa menyapa anak-anak panti asuhan. Tapi, kalau mau bukber di panti, jangan mendadak, karena mereka biasanya di bulan ramadhan sudah banyak yang mengantri menyumbang menu berbuka dan kunjungan untuk bukber, bukan kita doang.

Dan yang berkesan lagi di puasaan tahun ini adalah buka bersama orang gila. Ya, ini orang gila alias tidak waras beneran. Ceritanya sedang di masjid, sekalian nunggu bedug magrib. disebelahku ada orang menggelar kain, aku menoleh sesaat pikirku sajadah, tapi ada yang aneh loh, iya beneran aneh deh, ternyata kain taplak meja. terus aku lihat orangnya, pakainnya, wah iya ini orang nggak waras ini.

Eit, tapi jangan menyepelekan dulu. Hari itu aku benar-benar merasa kalah sama si orang gila itu. Ceritanya magrib masih lama, di masjid, bagusnya ya berdiam diri alias itikaf. Tapi apa, susah ternyata, aku coba diam, ketiduran, akhirnya sms-an, mainan hape, plirak plirik, tolah toleh sana sini dan pokoknya 'rogeh-rogeh' terus. Tapi apa yang dilakukan si orang gila yang ternyata bisa ikut jamaah sholat tadi itu. Dia bisa diam, tenang, sambil sesekali senyum, sampai jelang buka. Dia tidak tolah toleh mengamati kiri kanan, dia tidak mainan hape dan dia enggak ketiduran.

Yah, kita sering tidak bisa tenang diam karena pikiran kita gerak-gerak terus, pengen menghubungi ini, menyentil itu, mengamati ini, menganalisis itu, mengingat masa lalu, memikirkan masa depan. capek. sedangkan orang gila itu, jangankan menganalisis sekeliling, jangankan terpikir ingin menghubungi teman. punya pikiran aja enggak. hehehe...

yang menarik berikutnya adalah ketika buka, makanan datang, nasi kotak dan segelas teh hangat yang udah menjadi dingin. bedug bergema, aku minum teh hampir habis satu gelas, dilanjut makan dengan lahapnya. Lalu aku menoleh ke si orang gila tadi, wahai... yang dia makan ayamnya dulu, baru sayur, baru mie. kebalikannya orang waras ya, kalau makan bakso misalnya, kuahnya dulu, mie nya, baru baksonya buat pamungkasnya. Itulah, orang gila kadang lebih unggul, tidak terkungkung kepentingan, tidak terkungkung tradisi, bebas aja mau makan apanya dulu.

Terus lagi, yang menarik adalah cara menyeruput teh nya itu loh. orang itu teh anget yang udah dingin, tapi gaya nya kayak nyeruput kopi luwak yang masih panas... huidih... biarpun gila, tapi ternyata dia masih bisa menikmati sesuatu, minum aja pakai soul begitu. Hm, kalau begitu orang gila itu jiwanya hidup donk, pikirannya aja yang enggak punya. Jadi, mungkin lebih tepat dibilang orang gila itu sakit pikiran, bukan sakit jiwa. orang sakit jiwa itu kan orang yang serakah, dengki, rendah diri dan semua-mua yang bermasalah dengan jiwanya. sedangkan orang gila, jiwanya normal, pikirannya doang yang enggak dipakai, atau malah jangan2 enggak punya pikiran.

Itu sekelumit cerita tentang buka bersama, bahwa agar kita tidak punya alasan untuk merasa lebih mulia ketimbang orang yang dianggap tidak waras disekeliling kita.

No comments:

Post a Comment