10/16/15

Republik atau Dagelan

Indonesia adalah negara pembangunan. Cirinya adalah banyak kita jumpai toko-toko bangunan. Beda dengan Netherland, penduduknya malas-masal memperbaharui cat rumahnya. Akibatnya rumahnya kusam-kusam. Susah menjumpai toko cat disini. 

Saat membangun, disaat yang sama kita merusak. Kalau bangunan yang baru, cat yang baru, ternyata kalah kualitas dari bangunan lama, cat lama. Masih sahkah kita disebut pembangun? Atau malah pasnya disebut perusak? 

Sejarah tak bisa cukup disimpan di buku. Juntaian bata, bongkahan semen, julangan cor menjadi saksi kebesaran sebuah peradaban ketika ia mampu bertahan lama melintasi generasi-generasi. Tugas negara adalah menjaga otentisitas masyarakat dan produk peradaban masyarakatnya. Salah satunya adalah bangunan. Sehingga generasi mendatang bisa belajar banyak dari tinggalan leluhurnya di masa lalu. Dari integritasnya membuat takaran semen. Dari penataan bangunan dan pengaturannya dengan sekeliling-sekelilingnya. Dari citarasa arsitekturnya. Semua adalah kekayaan ilmu luar biasa.

Ketika sebuah bangsa sibuk memborbardir trotoar dengan pelebaran jalan. Lalu disisi kiri kanan dihabisi semua jadi kios dan ruko. Apa yang bisa generasi mendatang petik? Hari ini di Indonesia harga ruko semakin tak terjangkau. Kebanyakan tutup, mangkrak ditinggalkan penghuningnya. Sebagian lainnya diam termangu menjadi agunan bank. Ternyata modernisasi, pemadatan kota, tidak selalu beriringan dengan semakin meluasnya peluang ekonomi dan percepatan ekonomi. 

Ini Republik sedang membangun, meninggikan beton, mengecat atau sedang dagelan to?

No comments:

Post a Comment