Seorang mahasiswa berprestasi asal UGM yang punya pemikiran terbuka juga, ngobrol di Gd. Sumarjito kebanggaan kampus Pa Dirman pas training ESQ bareng Kak Ridwan Mukri kemarin. Ngalor-ngidul topik obrolan sampai tak terasa jam sudah menunjuk angka 10 (malam), salah satu topiknya adalah soal anggaran pendidikan di negeri ini (maklum, anak akuntansi).
Walau anggaran pendidikan negeri ini tidak sesuai dengan amanat UUD yakni 20%, tapi diakui atau tidak anggaran pendidikan kita luar biasa besarnya. Lalu kenapa masih saja mahal tarikan-tarikan masuk sekolah.
Jawabannya : Karena kebijakan pemerintah soal pendidikan tidak berpihak kepada rakyat. Anggaran pendidikan habis untuk membiayai sekolah S2 dan S3 ke luar negeri, membangun sekolah-sekolah yang diinginkan presiden atau kaum elitis yang menginginkan, hingga sekolah pinggiran cuma menerima sisanya (itupun disunat).
Pertanyaannya? Negera kita sebenarnya berdaulat tidak si?
Intervensi, dimana-mana intervensi, banyak kasus sampai tidak cukup untuk diceritakan satu-satu, Blok Cepu, Indosat, Freeport, dan belakangan PLN. sebenarnya krisis listrik bisa disolusikan dengan memandirikan hotel, mall dan tempat penyedot listrik besar lainnya dengan sumber daya energi lainnya (misal genset), tapi langkah yang diambil bukan itu, lebih memilih pemadaman bergilir, penggeseran hari libur buruh, lagi-lagi rakyat kecil.
No comments:
Post a Comment