8/22/08

Entrepreneurship Pernikahan

Kemerdekaan bangsa ini adalah buah jiwa entrepreneurship Bung Karno Cs, 63 tahun yang lalu. Ya, otak kanan yang loncat-loncat, dinamis, acak, tidak linear, monoton dan datar-datar saja...

Kok tahu? ya, bisa dilihat dari teks proklamasi kita, "...dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dll akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya."

Apa maknanya, merdeka dulu, hal-hal lainnya dipikirkan dan diurus nanti.

begitulah pebisnis memulai suksesnya, jalankan bisnisnya dulu, hal-hal lain dikerjakan kemudian. karena kalau kita terlalu berkutat di banyak hal, akibatnya kita nggak mulai-mulai dan bisa jadi nggak jadi mulai.

Begitu juga, menikah, bukan pekerjaan otak, apalagi otak kiri. Menikah adalah pekerjaan hati, di dukung otak kanan. Dinamis, Berani dan Optimis...

Awalilah dengan positif : menikah itu Indah. lanjutkan dengan berani : berani mengambil sikap, meminta atau diminta. lanjutkan dengan dinamis. Apa maksudnya dinamis?

kata Pa Fahrur HS sang maestro Matematika Dahsyat Yogyakarta, "Jangan menunggu sempurna untuk mulai, tetapi mulailah untuk menjadi sempurna"

Tidak ada titik waktu dimana kita merasa sempurna untuk siap 103% menikah (karena dunia bukan tempatnya kesempurnaan), tapi dengan menyegerakan dengan kesungguhan dan keyakinan niat, kita bisa memulai membangun bahtera ini, hingga menjadikan hari demi hari kita semakin sempurna...

Tapi kan? tapi kan menikah butuh banyak hal yang musti dipersipkan? bagaimana kalau itu semua belum lengkap? pertanyaannya, pentingkah semua harus lengkap dulu, bukankah bisa disiapkan bersama (sepanjang kita punya komitmen untuk menjalani suka-duka bersama)

kalau belum bisa beli rumah? bisa ngontrak dulu? kalau belum bisa ngontrak? bisa ikut ortu dulu? kalau penghasilan suami belum stabil? masih kurang? kenapa harus malu minta bantuan ortu, toh kita masih muda? kalau belum pandai masak? bisa beli rames dulu.. kalau belum siap mendidik putra-putri... bisa mengasuhnya bersama ortu atw mertua, toh itu semua akan mendekatkan hubungan antara kita dan ortu atw mertua, juga cucu dengan kakek-neneknya..

kalau masih kuliah? bisa merumus skripsi bersama, bisa bantu membantu mengerjakan tugas.. kalau masih suka main, jalan-jalan. ini yang asyik, bisa legal pacaran. kalau belum siap hidup bertetangga? tinggalah di perumahan griya satria 2 yang warganya ramah-ramah..

kalau belum punya pekerjaan tetap? carilah teman banyak-banyak, pasti satu atau dua dari mereka ada yang mempunya usaha besar atau sedang-sedang saja, melamarlah dengan pendekatan personal, tunjukkan kebisaan kita, sampaikan kalau diri kita sudah menikah, perlu penghidupan, pasti dia mau bantu. Indah...

tidak ada yang perlu ditunggu, selain kemantapan hati. semua perlengkapan fisik bisa menyusul, bisa disiapkan bersama. bukankah akan jadi indah kalau di awal menikah kita masih naik sepeda,di tahun-tahun berikutnya kita sudah bisa beli motor dan di tahun berikutnya lagi kita sudah bisa punya mobil?

ketika proses peningkatan hidup itu dijalani bersama akan terasa feel indahnya ketimbang kita meningkat hidup sendiri-sendiri.

Sungguh, alasan apalagi yang membuat kita belum merindukan menikah? Berproses itu indah, teman...

No comments:

Post a Comment