8/13/11

Hak Dia atas Diriku

Sudah sabtu, hari yang ditunggu-tunggu oleh Andriyanto senin kemarin. Selamat ya Ndri, sudah tercapai sabtumu.

Seperti minggu lalu, ini saatnya posting review khotbah jumat. Haduh maaf para pembaca yang Efisiensi (jalur Jogja si bukan jalur Bandung), karena aku ketiduran kemarin, jadi tidak menangkap materi khotib secara utuh. Tapi memang beberapa materi itu kupasan dalil umum yang sudah biasa kita dengar. Istilahnya Jamaah Kenduri Cinta : Kalau cuma membawakan Quran dan Hadits, tidak usah ada ustadz, tinggal search saja.

Ya, karena memang tugas pendakwah itu bukan membacakan, tetapi mengunyahkan. Seperti bayi yang giginya belum tumbuh sempurna, jadi nasi yang mau disuapkan harus dikunyahkan terlebih dahulu.

Kembali ke khotbah, satu materi saja ya, kemarin tentang kisah Khalifah Umar, ketika itu ada rakyatnya yang datang mau mengadu tentang persoalan dia dengan istrinya. Tapi ketika datang, dijumpainya sang khalifah juga sedang dicekcoki istrinya, maka si rakyat memilih berbalik badan dan pulang lagi, mau minta nasehat eh yang dimintai nasehat juga sepertinya sedang memiliki masalah yang sama, begitu pikirnya.

Tapi sebelum melangkah pergi, sempat terjadi dialog si rakyat dengan sang khalifah. Ketika sang Khalifah ditanya, beliau menjawab yang kira-kira "... istriku sudah mencucikan baju untukku, mendididik anak-anakku, memelihara aku, kalau dia marah padaku, itu bagian dari hak dia atas diriku..."

Bagi aku yang belum punya istri, dan jarang cek cok dengan adik-adikku. Ya aku umpamakan saja ketika cek cok dengan sahabatku, kalau dia bikin marah, menjengkelkan, ngeselin, ya sepersekian detik driving pikiranku agar ingat jasa-jasa baik dia, jadi yang muncul dari pikiran "Oh iya, dia kan sudah bla bla bla untukku, ya ini hak dia yang ada pada diriku lah."

Kira-kira begitu. Hm, ada yang bertanya lagi, "kok contohnya sahabat si, bukan yang lain?", "yang lain bagaimana?pacar maksudnya?aduh maaf enggak punya saya". Hihiii


No comments:

Post a Comment