9/11/11

Laki-Laki Harus Bekerja

Aku setuju, laki-laki yang enggak bekerja itu hilang harga dirinya.

Tapi konteks kerja jangan dipersempit, jangan mentang-mentang ini zaman kapitalisme, dimana kalau seseorang belum mendapatkan kepastian rezeki dari Kapitalisme yang maha esa dalam bentuk kartu pegawai maka disebut belum bekerja.

Bekerja itu ya melakukan pekerjaan. Imbalannya adalah sebagian kecil keuntungan yang didapatkan oleh orang yang menerima manfaat dari hasil pekerjaan kita. Bisa jadi imbalan itu berupa uang, tapi bisa jadi juga bukan.

Begitu ya? Kalau laki-laki nganggur-ngangguran, ada cangkul nggak dipakai, ada printer nggak dimanfaatkan, ada pasar tidak didatangi, baru sok ejek saja orang macam itu. Suruh minum Extra Joss biar laki!

Ngomong-ngomong soal pasar. Dulu, Abdurrahman bin Auf salah seorang milyuner yang dapat jaminan surga ketika ditawari ladang (sumber daya produksi) dan istri oleh orang Anshor tidak mau. Dia malah cuma minta ditunjukkan ke pasar.

Andai nih Abdurrahman bin Auf hidup saat ini. Apa pertanyaan dia ya? Minta ditunjukkan jalan ke Pasar Sokaraja? Minta ditunjukkan (dengan pelatihan) bagaimana masuk ke Pasar Modal (Bursa Efek), atau minta ditelponkan taksi untuk ke Pasar Malam di Lapangan Grendeng?

Jangan bayangkan pasar hanya seperti Pasar Manis, Wage atau Pahing saja Men!!! Luas donk... katanya Hambanya Allah Al Wasi'

No comments:

Post a Comment