9/29/11

Zaman Gratisan

Bukan soal kapitalisasi ilmu, bukan soal komoditasi semangat, bukan soal ekonomi. Tapi memang saat ini saya kurang tertarik dengan training, seminar, workshop, talkshow yang berbayar.

Mungkin yang menjadi soal adalah aku tidak punya banyak uang. Mungkin juga aku sudah khatam untuk beraneka rupa tema-tema yang laris dijual macam motivasi, bisnis sampai hypnotherapy. Atau mungkin aku jengah dengan kecanggihan tata slide dan kelihaian teknik public speaking yang semuanya dibuat-buat.

Lagi senang hunting yang gratisan saja. Aku sedang menikmati belajar dari alam. Belajar kepada yang alami-alami. Tanpa slide, tanpa bedak dan lipstik teknik public speaking. Natural, alami, bergizi, sebergizi ilmunya orang-orang zaman dulu.

Zaman dimana anak raja menghabiskan masa kecilnya di desa. Mereka belajar membaca alam, termasuk sistem sosial dengan segala persoalannya. Mereka belajar menggunakan ilmu-ilmu yang mereka serap, dari kanuragan sampai lekukan keris. Mereka belajar menyelamdalami diri sendiri.

Tiga hal itu yang tidak disediakan di lembaga (yang mengaku-ngaku lembaga pelayanan public padahal perusahaan), yakni sekolah. Sekolah cuek saja mendapati alumni-alumninya kesulitan menerapkan ilmu yang mereka pelajari mahal-mahal. Sekolah membangun tembok yang tinggi, sampai-sampai banyak dari kita terisolir dari alam dan struktur sosial sehingga kita buta persoalan sosial. Dan dari sekolah kita tidak menemukan diri kita sendiri. Karena jangankan diri sendiri, hanya struktur berpikir otak saja, tidak dipelajari. Kalaupun dipelajari sedikit saja.

No comments:

Post a Comment