11/19/12

Hobi Merepotkan Tuhan

Misalnya, Tuhan sudah mentakdirkan aku akan dapat proyek dengan omzet 300 juta hari ini. Tapi, karena aku malas memfollow up 10 customer yang sudah aku list tadi malam. Ya batal lah takdir itu. 

Lalu Tuhanpun merevisi takdirnya, omzet itu jadinya aku dapatkan besok. Karena baru besok aku menghendaki diriku untuk tidak malas. Nah, takdir 300 juta itu geser sehari. 

Lalu, karena hari besok kegeseran takdir yang seharusnya terjadi hari ini. Maka, otomatis donk, takdir besok tergeser juga jadi besoknya lagi? Geseeeeer semua jadinya kan.... ouh, betapa Tuhan sudah direpotkan atas tindakan kita malas di sebuah hari, karena takdir di hari esok dan seterusnya jadi geser.

Nah, karena takdirku besok berhubungan dengan orang lain, dengan orang yang mungkin mendapat rejeki lewat aku, orang yang membutuhkan pertolonganku, orang yang mengharapkan kedatanganku dan seterusnya. Maka karena takdirku geser, maka takdir orang-orang yang bersangkutpautan dengan kita di hari besok juga geser juga kan? lalu takdir orang-orang itu lusa, besok lusa, besok besok lusa, bulan depan, tahun depan, geser juga kan?... terbayang betapa repotnya Tuhan karena ulah kita malas memfollow yp list customer itu.

Lalu orang yang takdirnya geser karena batal ketemuan dengan kita besok misalnya, dia juga bersangkutan dengan orang lainnya lagi yang harus ketemuan di hari yang sama dengan orang lain lagi itu. Maka orang lain lagi itu tergeser pula takdirnya, orang lain lagi itu bersangkutan dengan orang lainnya lagi, orang lain lagi yang bersangkutan dengan orang lain yang bersangkutan dengan orang yang harusnya ketemuan dengan kita itu juga punya besok, lusanya sendiri. Hedew, makin rumit, pelik, njelimetnya takdir yang harus diubah.

Sampai sejauh itukah kita berpikir, saat kita malas mengikuti bisikan hati dan memilih untuk bermalas-malasan meninggalkan sebuah peluang tindakan?

Maka, mengapakah kamu tidak berpikir?


No comments:

Post a Comment