11/9/12

Saatnya Gula Jawa Naik Kelas

Saya seorang pengusaha pemula di bidang agrobisnis. Komoditas yang saya kembangkan adalah gula Jawa yang merupakan gula dari bahan baku nira kelapa. Dalam banyak forum gula kelapa, seringkali saya menjadi peserta yang paling muda. Begitulah yang terjadi, industri gula Jawa tidak lagi dilirik oleh generasi muda, selesai di generasi kakek dan bapak kita. Karena memang menjadi pelaku industri gula Jawa itu identik dengan kampung, terbelakang, terpinggirkan dan pendapatannya sedikit.

Namun, siapa yang menyangka, masyarakat modern di belahan dunia yang saat ini resah dengan gaya hidup tidak sehat justru mulai mengidolakan gula Jawa. Gula Jawa disebut-sebut sebagai gula masa depan, karena hasil riset menunjukkan gula Jawa memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan yang lebih penting adalah aman bagi gula darah karena memiliki index glycemyc paling rendah diantara jenis gula lainnya, yakni hanya 35.

Ketika gula tebu sudah mulai dihindari oleh sebagian masyarakat, kemudian gula jagung yang disebut-sebut sebagai gula sehat juga diindikasii masih mengandung zat-zat yang dihimbau untuk dihindari. Gula Jawa lah yang kini menjadi primadona. Indikasi ini diperkuat dengan bagusnya pertumbuhan permintaan terhadap gula Jawa dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, industry roti dan farmasi mendominasi permintaan. Sedangkan dari luar negeri, Belanda, New Zealand, Kanada dan Jepang adalah beberapa negara yang mengimpor gula kelapa ke negara mereka.

Manisnya progresivitas permintaan gula Jawa ternyata belum memberikan dampak langsung kepada produsen, yang notabenenya adalah petani tradisional di desa-desa. Dimana pengrajin gula Jawa terbesar berada di daerah saya, Kabupaten Banyumas. Maka wajarlah Banyumas menjadi pemasok terbesar gula Jawa nasional.

Hal ini terjadi karena pertumbuhan permintaan gula Jawa tidak diimbangi dengan upaya peningkatan kemampuan produksi SDM petani gula di desa-desa. Mereka tidak mendapat kesempatan untuk mengakses inovasi produk, kemudian teknologi produksi yang lebih modern, serta mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh akses harga beli yang lebih tinggi.

Gula Jawa yang diinovasi menjadi bentuk kristal yang saya kembangkan bersama rekan-rekan saat ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih yang berdampak terhadap kesejahteraan petani di tingkat hulu produksi. Mengingat harga gula Jawa kristal atau dikenal pula dengan brown sugar memiliki nilai ekonomi yang lebih baik ketimbang gula Jawa bentuk konvensional.

Diimbangi dengan pemberian edukasi standarisasi produk, manajemen pengelolaan usaha dan akses teknologi modern, diharapkan para petani gula kelapa dapat lebih percaya diri menggarap produk mereka. Sehingga kedepan, anak cucu mereka dapat mengenal bidang industri gula kelapa sebagai bidang yang prospektif untuk dijalani, tidak lagi apatis seperti saat ini. Mengingat gula kelapa, adalah komoditas incaran dunia, bukan komoditas pinggiran.

Beberapa tindakan nyata yang sedang dan terus akan saya upayakan dalam membuat semua komponen pelaku industri gula kelapa naik kelas, diantaranya adalah dengan memberikan sentuhan inovasi sebagai berikut :
  1. Membangun top brand nasional untuk produk gula kelapa. Saat ini gula tebu dan gula jagung merk   tententu sudah ada yang menjadi top brand di pasar dalam negeri, tetapi gula kelapa belum. Gula kelapa baru beredar di pasar tradisional dan pasar modern tanpa kemasan.
  2. Melakukan riset nutrisi secara lebih mendalam. Sehingga masyarakat tahu secara signifikasi nilai kesehatan gula kelapa.
  3. Memangkas rantai distribusi dengan memiliki merk dagang sendiri, dimana produk dapat didistribusikan langsung ke konsumen tingkat akhir.
  4. Sosialisasi teknik produksi gula sehat kepada petani lebih luas, sehingga semakin banyak petani yang mampu membuat produk gula kelapa yang memenuhi standar perdagangan internasional.
  5. Penambahan variasi kemasan, dari kemasan biasa hingga kemasan sachet yang lebih eksklusif. Keberadaan kemasan yang eksklusive akan memudahkan gula kelapa diterima untuk konsumen kelas atas.
  6. Mengakses pameran promosi agrobisnis internasional, untuk dapat mengakses pembeli langsung. Sehingga proses ekspor komoditas tidak harus dilaksanakan melalui pihak ketiga seperti yang terjadi saat ini.#
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id  dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan."

Saya dan tim Gula Jawa SWEETJAVA bersama Wamendag Bayu Krisnamurthi

No comments:

Post a Comment