3/26/13

#12 Tukang Ngamen Naik Haji

Ngamen, adalah profesi yg sangat tidak membuat simpatik orang. Maka wajar, ada sedikitnya dua temanku yg punya prinsip : anti ngasih duit ke pengamen. Si andri, anti karena anak muda yg ngamen dia simpulkan sbg anak muda yg malas. Nggak cari duit dari kerja yang lazim saja. Dan si aan, anti karena menurut keyakinannya musik itu haram.

Dan aku sendiri tidak anti, tidak juga pro. Atau bahasa lainnya adalah : mencla-mencle. Hehe.. Aku cuma pernah menempel stiker di kaca depan rumah : NGAMEN BAYAR! Tulisan stiker itu just untuk men-deghaust bahwa tuan rumahlah yg sejatinya punya otoritas untuk mengijinkan atau tidak mengijinkan seseorang membuat suara dihalaman rumahnya.

Persoalan ijin ini bukankah lebih duluan, sebelum masuk ke ranah : boleh ngasih uang, haram ngasih uang, ngasih uang hari jumat doank Dll. Dan betapa ngamen menjadi sebuah pekerjaan yang mulia, yang pekerjaan ini dilakukan oleh seorang ibu muda, malam hari, yg tidak punya akses penghasilan. Karena memilih antara menjadi buruh pabrik vs momong anak secara waktu bagai memakan buah simalakama.

Dia akhirnya memilih pergi ke tukang elektronik, pesen speaker yg bisa nyambung ke hp. Pergi ke konter hp, beli beberapa album mp3 karoke. Latihan nyanyi dirumah dan beraksilah menyanyi di atas bus. Dia lebih memilih pekerjaan tidak simpatik semacam itu, karena nyanyi di atas bus minta recehan lebih possible untuk mengantarkan dia naik haji, ketimbang jadi lonte.

No comments:

Post a Comment