8/29/15

Beneran Kaya

Kalau jaman dulu, orang kaya ya kaya beneran, sakti ya sakti beneran, berwibawa ya berwibawa beneran.

Kalau sekarang, orang kaya karena kedunungan alias moment, bahkan beberapa kaya karena ngakali. Orang sakti karena membeli kesaktian, sanggup membeli karena kaya. Orang berwibawa karena jabatan yang dia miliki, memiliki jabatan juga karena kaya.

Padahal ukuran kekayaan orang adalah dari jumlah asetnya. Aset itu bukan semata simpanan harta dan properti. Aset sejati adalah sesuatu yang bernilai karena bisa memberikan manfaat.

Apa yang kita miliki, saat kita tidak memiliki apa-apa dan dengan itu kita bisa survive. Itulah aset sejati.

Ini tahun ke-10 dari perjalananku di Purwokerto. Agustus 10 tahun yang lalu aku merintis apa yang dicapai hari ini di Padepokan milik eyang Sinto Gendheng, di Jalan Pramuka 212.

Ini saat yang tepat untuk menghitung berapa aset kekayaan kita. Terpenting, berapa aset sejati kita. Dari situ kita tahu, 10 tahun ini berapa kemajuan hidup kita, berapa langkah keberhasilan pengerjaan misi kita.

Menghitung aset bisa dilakukan dengan melihat catatan kekayaan kita. Sedangkan menghitung aset sejati, caranya dengan membayangkan seandainya kita tak punya apa-apa, seberapa kita mampu survive? Kalau tak ada dayung, tak ada pelampung,  seberapa mahir kemampuan renang kita, seberapa lihai kita bertahan di atas air. Itulah aset sejati.

Jangan sampai, kita merasa punya banyak hal. Tapi ternyata tak ada kemajuan pengerjaan misi yang berarti dalam 10 tahun ini.

No comments:

Post a Comment