8/3/15

Jodoh dan Aqidah

Setiap orang pasti punya kriteria atas jodoh idamannya. Kebanyakan kita, terutama yang kerepotan dengan kriteria itu pada akhirnya lebih memilih downgrade kriteria ketika jodoh tak kunjung ditemukan.

Kriteriamu sih terlalu muluk-muluk, begitu komentar banyak orang. Lalu kita menjadi blaming of the victim, melafadz banyak-banyak istigfar, lalu dengan terpaksa menurunkan standar kriteria.

Tidak adakah orang yang berpikir kalau kriteria itu adalah clue dari Tuhan? Clue tentang perjanjian azali manusia di awal waktu sebelum penciptaan, akad manusia dengan Tuhannya tentang takdirnya, tentang jodohnya.

Tuhan itu Maha Berkomitmen. Sekalipun manusia lupa ingatan blas tentang rembugan kesepakatan dan akad perjanjian itu, Tuhan tidak lantas acuh tak acuh. Dia dengan caranya mengingatkan butir-butir kesepakatan itu menggunakan 'clue', demi kita benar-benar menemukan jodoh sesuai yang tertulis di akta perjanjian yang bernama lauh mahfudz.

Menemukan akad azali itu, adalah perjalanan aqidah. Jangan-jangan kita berbusa beristighfar, sok-sokan bertawadhu menurunkan kriteria, eh malah dalam rangka melemahkan aqidah kita sendiri.

Jadi, apakah alasan paling mendasarmu menikah? Untuk tidak kesepiankah? Heum, jangan2 setelah menikah jadi sepi karena perjumpaan dgn teman2mu makin terbatas.

Untuk status sosialkah? Ehehe, capek sekali memenuhi tuntutan-tuntutan sosial itu.

Atau untuk menjalankan sunnah Rasul? Kalau itu, sholat rowatib juha sunnah Rasul.

Alasan paling mendasar dari menikah adalah untuk aqidah. Untuk menjumpai perjanjian agung dengan Tuhan di awal waktu, di masa azali, yang tak terjangkau memori kognisi kita.

No comments:

Post a Comment