8/22/15

Ekosistem Pahlawan

Lingkungan kita ini sudah nombok mentalnya. Sehingga ketika ada sopir taksi yang tidak menilep barang penumpang yang ketinggalan, kita gumun luar biasa. Begitu pula dengan slogan "Berani Jujur, Hebat". 

Konsekuensinya, jika tidak menilep barang penumpang adalah luar biasa, maka perbuatan menilep barang penumpang yang ketinggalan dianggap biasa. Begitupun, jika berani jujur adalah hebat, maka tidak jujur menjadi wajar. 

Ada missing pada strata nilai mental sosial kita. Karena jujur dianggap hebat, dan tidak jujur menjadi wajar, maka kita kehilangan daya identifikasi untuk mengenali sesuatu yang tidak wajar. Begitupun karena tidak menilep barang penumpang itu luar biasa, sehingga menilep barang penumpang menjadi biasa, maka kita kehilangan daya identifikasi untuk mengenali sesuatu yang tidak biasa. 

Defisit mental hingga nombok inilah yang membuat ketakjuban kita pada keperwiraan Soedirman dan kesatriaan Soekarno menjadi tidak aplikabel di ranah perjuangan hidup dan pengupayaan masalah sosial kita saat ini. 

Soekarno itu relijius, tapi yang ditunjuk-tunjukkan hanya foto-foto sholat dan haji beliau, tidak ditunjukkan bagaimana ketakdziman beliau pada ulama. Apa sebab? Sebab sekarang dan dulu sudah jauh beda kondisinya, demi ustadz-ustadz muda bergelar Lc. laku di pasaran dakwah, ulama khos diberangus dari pengenalan sosial kita.

Kalau Sudirman itu punya ketangkasan fisik sebagai tentara di kesatuan militer bentukan Jepang, itu karena di zaman itu pemuda belum dimanjakan dengan gadget dan gaya hidup yang melemahkan fisik seperti sekarang ini. 

Dari peta sederhana lintas zaman ini, mudah-mudahan kita faham untuk tidak bersusah payah memaksakan diri menjadi pahlawan seorang diri. Karena sekeras apapun kita menggembleng diri untuk sesempurna profil pribadi Soekarno atau Soedirman, akan tetapi tetap saja sulit kalau kita masih mahfum dengan defisit mental lingkungan sosial kita.

Kita tidak bisa upgrade personal saja, kita harus upgrade komunal. Sosial kita harus jadi ekosistem yang kondusif dulu, baru bibit-bibit pahlawan bisa tumbuh. 

No comments:

Post a Comment