11/25/09

Surga Bukan untuk Orang Baik

"Orang-orang yang menjadi penghuni syurga adalah orang-orang salah, orang-orang yang tahu kesalahannya dan memperbaikinya. Penghuni neraka adalah orang-orang baik, orang-orang yang berbusung dada dengan semua kebaikannya dan selalu merasa diri sebagai orang baik hingga lupa dengan kesalahannya."

Iya, silahkan untuk tidak percaya dengan neraka. Dan silahkan untuk tidak meyakininya. Tetapi, aku mendengar seorang lelaki tua yang enggan perkenalkan nama, saat bercengkrama di tepi petang, denganku.

“Mereka yang tidak percaya neraka hanya orang-orang yang memiliki mata. Hanya saja kasihan sekali, mereka tidak bisa melihat. Dan kemudian syurga justru akan dihuni oleh banyak sekali maling, oleh penjahat dan oleh beribu pelaku kesalahan” Ujar seorang lelaki yang menyebut dirinya sebagai sahaya Tuhan.

Kucoba bertanya dengan rasa segan,”di kampungku banyak sekali maling. Apakah mereka akan masuk syurga?”

“Iya, mereka akan masuk syurga. Mereka akan ditemani oleh para bidadari yang memiliki tubuh indah yang bangkitkan gairah yang takkan membuat lelah.”

Dalam kedunguanku. Ini gila, bagaimana mungkin seorang penjahat masuk syurga. Atau jangan-jangan aku sendiri yang gila karena gagal memahami yang dimaksudkannya. Aku tercenung, mencoba untuk keluar dari ketololan diri, mencerna dan mereka-reka.

“Kenapa harus bingung. Orang-orang yang masih miliki kepala selalu tahu, syurga memang tidak pernah diciptakan untuk orang-orang baik.” Kalimatnya benar-benar hampir membuat kepalaku pecah hingga otakku berserakan.

“Kau cobalah untuk mencernanya, jika syurga adalah untuk orang baik, maka Tuhan akan sangat kejam ketika melemparkan orang-orang jahat ke neraka. Terdapat substansi, orang-orang baik tidak perlu dirangsang dengan apapun untuk melakukan kebaikan. Dan orang-orang jahat juga hamba Tuhan. Tetapi justru para penjahat yang harus dibujuk dan dirayu untuk bisa tinggalkan kejahatannya dan melakukan kebaikan. Mereka yang sudah baik memang sudah menyatu dengan kebaikannya. Untuk apa lagi Tuhan ganjar mereka dengan berbagai imbalan. Orang-orang baik tidak butuh rayuan apapun.”

Entah mungkin kemampuan otakku yang memang terbatas. Suaranya yang masuk ke telingaku terasa berat untuk merasuk. Dalam hati mencoba memaki kebodohan yang tidak pernah bosan hinggapi jiwaku.

“Bagiku tidak ada manusia yang baik.” Ujarnya seakan menyimpulkan.”Karena pertarungan baik dan buruk tidak hanya berada di luar sana. Tetapi didalam jiwa semua kita. Didalam jiwaku dan didalam jiwamu. Tidak selalu juga kita berhasil untuk melepaskan diri dari kesalahan, bahkan acap dengan sengaja kita ulang-ulang.” Ia terlihat sangat jujur.

Tertarik juga untukku berbicara.”Dulu aku pernah hentikan tahajud-tahajudku. Hanya karena Tuhan tdak bersedia untuk mengajak pulang saja semua penjahat. Tetapi justru Tuhan munculkan sebuah suara didalam diriku, bahwa akupun penjahat. Sudah siapkah untuk pulang? Suara itu acapkali menyindirku. Maka kuhentikan untuk lafalkan doa berisi caci maki.”

“Iya, jika engkau sudah menyadari diri sebagai penjahat. Yakinlah engkau akan masuki syurga. Syurga itu diciptakan untuk penjahat. Untuk penjahat yang tahu bahwa dia adalah seorang penjahat. Dan takkan pernah diberikan pada orang-orang baik yang tidak mau melihat kesalahannya. Percayalah, Tuhan mencintai seseorang bukan karena kebaikan seseorang itu atau keburukannya. Tetapi pada kejujurannya. Engkau jujur pada diri sendiri, kau menjadi bagian hamba yang dicintai-Nya.” Ujarnya sembari mengayunkan langkah kearah matahari tenggelam, dan menghilang.

Aku masih saja terpaku memaksa otak untuk bisa pahami semua kata-katanya. Tetapi dari kejauhan terdengar gema yang semayup,”otakmu tidak selalu bisa pahami kebenaran, kecuali dengan hati. Otak saja yang kau andalkan hanya akan membuatmu angkuh. Dan, kau leluasa menghafal semua alphabet kebenaran hanya jika kau sudah bersedia mendengar dengan kuping yang bertempat di hati.”

Ditulis oleh : Zulfikar Kompasiana

1 comment: