4/30/11

Harus Mau "Antri"

Pembelajaran bisnis yang paling istimewa diantaranya adalah dari orang China dan Barat berikut ini, di China yang membuat bank terbesar di Indonesia, BCA, kalau jadi nasabah, kita dipaksa untuk mengantri saat setor atau ambil uang manual. Kalau Barat, di KFC, bukannya pelayan melayani kita, tapi kita ngantri memesan dan membawa baki sendiri.

Mengantri, adalah sebuah keharusan yang bukan hanya di tempat2 macam BCA dan KFC. Kesediaan diri untuk mengantri adalah syarat umum untuk seseorang yang mau sukses di jalan usaha.

Kisah pemilik warung tenda Pecenongan yang ada di pertigaan Ringin Tirta (Lapangan Glempang) mungkin bisa memperjelas maksud "antri" disini. Begini kisah singkatnya, si pemilik warung tenda pecenongan dulunya adalah penjaja belut, umurnya saat ini sepantaranku, tapi suksesnya jauh membubung di atasku. Dia awalnya membeli belut, kemudian memberishkannya dan mengadoninya dengan bumbu. Lalu, belut siap goreng itu ditawarkan ke warung-warung.

Itulah awal dia memasuki antrian. Sungkan, malu, gamang, itu adalah produk hormon alamiah yang dialami setiap pemula, lucu kisah si Pecenongan ini, karena sewaktu pertama kali, dia menyewa 2 orang temannya hanya untuk menjadi teman berdiri, saat menawarkan belutnya ke warung-warung di sekitaran Unsoed. Dan 2 temannya itu diimbal sewa dengan ditraktir makan.

Aktivitas itu dilakukan, sampai setengah tahun lebih kurangnya, sampai dia ditawari mengakuisis sebuah warung tenda, yang saat ini ramai dikenal sebagai warung tenda Pecenongan. Tapi bukan kisah akuisisi ini yang mau aku ceritakan. Kembali ke soal "antri" tadi.

Seiring dengan berjalannya waktu, dia berjualan belut, pada akhirnya dia menemukan satu celah, dimana stokist burung puyuh kosong. Sehingga saat ini, dia menjadi pengedrop burung puyuh di banyak warung di Purwokerto, sampai 80 ekor perharinya.

Nah, inilah yang aku maksud "antri". Menjajakan belut adalah bentuk dia sudah mengantri. Sambil mengantri, sambil berdiri, sambil kadang lapar, kadang gerah, kadang pegel, dia terus ada dalam antrian. Sampai akhirnya ada loket peluang terbuka, peluang itu adalah burung puyuh.

Peluang burung puyuh itu kenapa tidak jatuh padaku, misalnya. Jawabannya adalah, karena aku tidak ikut mengantri, mana mungkin kebagian antrian rejeki burung puyuh.

Itulah, silahkan dielaborasi sendiri. Betapa usawahan pemula itu inginnya enggak usah ngantri karena membuang waktu, pegel, haus, dan maunya langsung dapat peluang basah menggiurkan. Tapi pada kenyataannya, orang yang mau mengantri biasanya lebih diprioritaskan Tuhan untuk mendapatkan hal-hal besar, kitimbang orang lain yang hanya dari jauh menerawang.

Teknis datangnya loket rejeki semacam itu sedikitnya ada dua macam, bisa dsuatu waktu sudah ada sirkulasi bisnis, tetapi di satu waktu kosong dan kita masuk. Atau bisa jadi tidak ada riwayat sirkulasi bisnis apa-apa, semata-mata kita mengkreasikan hal baru seiring dengan sudah seberapa maju langkah kita di dalam antrian.

Belajarlah untuk bersabar mengantri.

No comments:

Post a Comment