4/17/11

Kabupaten Tanpa Tema

Wagu, itulah Banyumas dibawah kanjeng sinuhun marjoko. Orang lagi dagang enak-enak di alun-alun eh di gusur ke jalan ragasemangsang. berapa keluarga yang berubah jadi miskin karena ulah kanjeng sinuhub berkedok perda itu.

ASU pisan buat saya kalau pejabat itu bilang "Ini sudah sesuai peraturannya!", untuk sebuah tindakan bernama penggusuran. Kalau saya ditakdirkan jadi presiden nanti, kesalahan yang akan saya hukum berat-berat adalah pejabat yang pernah menggusur pedagang kaki lima, orang-orang yang pahal susah-susah, pakai uang utang, pendapatan belum tentu nutup, eh lapaknya dibongkar, gerobagnya diangkut. Saya hukum mereka miskin sampai tua!!!!

Harusnya pertanyaannya disesuaikan, "peraturannya tidak sesuai dengan kondisi rakyat! jangan dipatuhi!". Lihat si Banyumas, bikin taman kota, apa maksudnya coba, seberapa kontribusinya pada kesejahteraan rakyat? paling-paling yang terimbas adalah muda-mudi yang baru jadian, masih malu-malu kucing, buat lebih leluasa pacaran.

Terus slogan di depan Dinas Pendidikan, ayo belajar biar pintar! NORMATIF sekali. Terus slogan menjadi Sinarnya Tanah Jawa di alun-alun, apa maksudnya? mana didahului dengan kata "Mari Bersama", mau bersama gimana, mereka leha-leha pakai innova mewah sedangkan yang lain digusur2 ke tempat enggak jelas, direlokasi tempat relokasinya belum siap, YANG BERSAMA ITU APANYA?

Terus slogan di billboard sawangan, menjadikan banyumas sejajar dengan kota lain, bahkan lebih maju. Haha, pertama : ini yang konsisten dong, mau sejajar apa lebih maju, mencla-mencle amat...
kedua : bilang lebih maju, sudah dirumuskan TERMINOLOGI maju itu kayak apa belum? Maju itu ada Carefournya, maju itu jalanannya macet, apa maju itu budayanya berkembang, PKL nya rapi dan laris-laris, apa gimana?.... Banyumas tidak perlu maju, kalau hanya meningkat konsumerismenya, menjamur kapitalisme globalnya... maju itu kalau tambah kuat karakternya, rendah hatinya, bersahajanya, kenyamanan berjualannya, rendah pajaknya, santun pejabatnya...

Belum lagi baliho selamat datang di banyumas kota kripik yang ada di jalan tol sokaraja. lucu pisan : pertama, itu baliho di dalam banyumas, kok bisanya tulisannya selamat datang, kan sudah datang lama, masuk lama... kedua, bukannya yang kota kripik itu purwokerto, bukan banyumas?

Halah...... banyumas tak bertema, apalagi dibuat lebih berkarakter. Nanti dah, nunggu Rita gulung tikar, nunggu kanjeng sinuhun turun tahta.

Banyumas itu wilayah wisata, kalau wisatanya dikembangkan optimal saja, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya maju, maju dalam terminologi, nyaman berikhtiar dan tetap berkarakter

2 comments:

  1. @Mas Rizky, benar banget tuh.....aku juga paling tdk suka kalau ada penggusuran PKL, memangnya siapa si mereka ? main gusur, apa nggak mikir ya mereka, mau makan apa mereka para PKL, kalau dagangannya digusur ? Dipindahkan kok ditempat yg sepi, mana ada orang yg mau beli ?

    Cobalah contoh tuh walikota Solo, Bapak Joko Widodo, memperdayakan PKL tanpa kekerasan dan perusakan.....makanya Bapak Joko Widodo disukai rakyatnya.

    Sip mas Rizky, aku selalu mengikuti/jadi pembaca setia blog kamu, walaupun jarang berkomentar....
    Terimakasih.....

    ReplyDelete
  2. Luar biasa,,,,aku setuju sam argumennya mas...ini bisa dijadikan titik balik pembangunan berkelanjutan yang pro rakyat.....

    ReplyDelete