4/19/11

Malas itu Nikmat, Apakah Semua Kenikmatan itu adalah Bentuk Kemalasan?

Jam sudah menunjukkan pukul 7.19, sudah mencancang handuk dari tadi, tapi belum juga bergerak ke kamar mandi. Tidak ada kewajiban untuk aku mandi harus sebelum jam berapa. Dasar hukumku mandi hanyalah atas dasar kenikmatan : nikmatnya mandi jam berapa.

Enak bener aku, pantes saja perkembanganku tidak sesignifikan yang aku harapkan. Coba si perbandingkan dengan yang lain, yang jam 4 pagi harus sudah mandi karena kalau tidak maka akan termakan kemacetan, yang jam 2 pagi sudah stand by di pasar tradisional, atau yang jam 12 malam belum tidur karena masih mengurusi lemburan, atau yang seharian seliwar-seliwer menghabiskan sejerigen bensin dalam rangka menunaikan tugas kantor mencari nasabah.

Mereka rajin, dan aku malas. Karena mereka bekerja, mereka punya kantor yang ada rule nya, mereka punya bos yang memaksa mereka rajin. Sedangkan aku, aku hanya hidup semauku sendiri, maju semauku sendiri, kaya semauku sendiri, dapat uang semauku sendiri. 

"Kalau mau mulia, bekerjalah", apakah ini yang harus aku ucapkan pada diriku? Apa ada dimensi lain yang belum aku pahami?

No comments:

Post a Comment