4/29/11

Pilih nakal, pilih liar, pilih sesat

Kalau yang penurut dari hari kehari dicekoki dengan dalil-dalil implisit : "kamu harus taat pada aturan", "kamu tidak boleh neka-neko (inovasi), patuhi saja patronnya", "kamu harus dapat A, karena dibawah A itu jelek". Di kampus, mending aku pilih nakal saja. Nakal yang terarah pada satu capaian tertentu, nakal yang diadon sedemikian rupa biar bisa lebih matang

Kalau berijin itu harus membuang waktu mengurus alur birokrasi yang ribet, apalagi dijerat retribusi yang bertikel-tikel jumlahnya tidak jelas, belum lagi harus ada mel sana mel sini misalnya. Sebagai PKL, mending liar saja deh, liar bukan berarti tidak bisa tertib, liar bukan berarti selalu mengotori lingkungan, justru dengan liar kita bisa menghemat waktu untuk mengoptimalkan promosi, justru dengan liar bisa ada anggaran yang leluasa untuk service excellent ke konsumen.

Kalau yang selamat mengkluster pada satu kelompok tertentu, kalau panji-panji kebaikan dimonopoli, kalau mereka seolah-olah menjadi wakil Tuhan memberikan penghakiman-penghakiman pada orang lain. Mending pilih jadi orang sesat saja. Orang yang tidak pernah mengaku dirinya sesat, hina dina, fasik, dholim dan selalu mengatakan dirinya benar, susah untuk minta maaf, apalagi introspeksi, adalah orang yang susah untuk maju. Maju cara berpikirnya, meluas pandangan matapikir dan matabatinnya.

No comments:

Post a Comment