4/17/11

Ibukota Jawa Selatan

Bukan karena miskin potensi, bukan karena unstrategis posisinya Purwokerto kalah berkembang dengan kota-kota setaraf lainnya. Saya baru sadar hari ini, bahwa Purwokerto adalah kota besar, ibukotanya Jawa Selatan, setaraf dengan Jogja, Bandung, Semarang, Solo, Malang, Cirebon, Surabaya.

Purwokerto begini-begini saja adalah karena kapitalis lokal yang mencengkeram lokal penguasanya, kanjeng sinuhun sultannya. Dulu Moro, sekarang Rita, menjegal datangnya Giant, dan serentetan produk global lainnya untuk dibangun dan menyesaki kota ini agar sama dengan kota-kota lainnya.

Tapi ada untungnya loh hal itu, untungnya adalah kota ini tidak ada pusat-pusat konsumerisme sebagaimana kota-kota besar yang setaraf sehingga kota-kota itu kehilangan karakter dan 'ruh' aslinya. Sedangkan Purwokerto masih punya, masih ada soto jalan bank, masih ada mie ayam karang salam, masih ada roti Go, masih ada ci wa wa.

Coba kalau breadtalk masuk, hoka-hoka bento masuk, sesedikit apapun bergeserlah potensi lokal itu.

Jadi positifnya adalah karakter asli wilayah masih terpelihara, sedangkan negatifnya adalah karena berbeda dengan kota-kota besar lainnya, ini kota minder, merasa lebih rendah dari mereka-mereka. 

*tulisan tanpa ending, selamat bertafakur, merenungkan sepostingan ini. jangan habis membaca terus bubar, eman-eman...

No comments:

Post a Comment