11/3/11

Loe, Gue & Coy di Layar Kehidupan

Salah satu keterbatasan komunikasiku dengan anak-anak ibukota adalah susahnya lidahku melontarkan sapaan "guweh" dan "eloeh". Setahun di Bogor, bergaul dengan 82,70% teman-teman yang memakai sapaan harian itupun tidak mempengaruhiku, aku tetap saja menggunakan "aku" dan "kamu".

Wedeh... berkarakter juga yah aku, bisa bertahan dengan gaya sapaan defaultku, tidak mudah terbawa lingkungan. Malahan mereka yang menyesuaikan diri, kalau mengobrol denganku, yang bisa lu gue lu gue jadi kamu aku kamu aku. Haha, berlebihan lah kalau disebut aku berkarakter, yang lebih tepat adalah aku tidak pandai beradaptasi. Betul gak gue ini coy?

Nah itu bisa..... horeeee...

Naah, pagi ini gue cuma mau bilang kalau selama ini kita tuh capek tapi enggak ngerasa. Di Training ESQ Parenting ada games namanya "layar kehidupan". Beberapa orang disuruh jingkrak-jingkrak menampilan pose terbaik mereka di balik kelir putih yang disoroti lampu yang sangat terang. Lalu dua orang menjadi juri dengan sekian banyak parameternya. Lalu sisanya, orang satu ruangan menjadi penonton, yang kalau gerakannya bagus, konyol, lucu akhirnya mereka pada ngasih tepuk tangan dengan hebohnya.

Nah, eloe, gue, kita tuh selama ini cuma berpose di layar kehidupan kita sendiri buat penonton. Cari kerjaan enak, biar ditepuktangani, "iniloh gue bisa". Cari jodoh ganteng, biar ditepuktangani, "iniloh, gue mampu dapetin yang kayak gini". Pengen beli mobil, biar ditepuktangani. Bahkan, pengen sukses bikin aksi sosial juga buat ditepuktangani.... Betul lagi nggak gue ini coy?

Kita lupa, ada dua sosok yang duduk, diam enggak ikut tepuk tangan, tapi dia selalu mencatat pose-pose kita dan menilainya sesuai dengan parameter yang ada. Naaah, parameter-parameter itulah yang kita lupa.

Sangking lupanya, sampai hati nurani kita lumutan, berjamur akibat dianggurin. Akhirnya, kita hidup, berbuat baik dan benar, juga hanya untuk ditepuktangani. BUKAN, untuk mengejar parameter dari Sang Maha Penilai.

Gue harus banyak kunjungan nih, biar Bos Dedy senang. Gue harus rampungin kerjaan cepet-cepet nih, biar Rizky gak jelek-jelekin gue. Gue mau trip ke banyak tempat ah, biar pada ngiri yang lain. Gue pokoknya harus lunas utang, biar yang lain kalah sama gue. Masa gue gak pacaran, malu donk sama mantan. Gue yang nraktir ah, biar keliatan punya duit.

Haduh, berabeh bil parah mah kalau pada begituan kita coy!



No comments:

Post a Comment