11/5/11

Zaman Peraturan

Untuk tidak telat saja, harus diberi sanksi, push up 5x/menit telat atau denda 50.000.
Agar kepalanya aman saja harus pakai Undang-Undang Lalu Lintas, kalau tidak pakai helm kena tilang 50.000 nego.
Untuk tidak korupsi, tidak cukup undang-undang, harus bikin lembaga anti-korupsinya juga yang biayanya milyaran.

Manusia di zaman ini sudah kehilangan fitrah kemanusiannya. Reseptor kesadarannya sudah pada bebal, lumutan, tumpul, mati, nge-blink, doll, impoten, mati!

Karena itu, himbauan tidak diindahkan, seruan tidak didengarkan, indra pembeda indah dan tidak indah tidak berfungsi lagi. Maka, ya sudah, jalan terakhir dijalankan : di amang-amangi caranya.

Persis, kalau ada ayam masuk rumah, bagaimana cara membuat dia keluar? Ya dengan mengambil sapu dan meng amang-amangi nya agar takut dan segera menuju pintu dengan rasa terpaksa dan akhirnya keluar.

Mengapa? Itu karena menurut kita, ayam tidak bisa kita ajak dialog, untuk menyadari bahwa dia di posisi yang salah, dia di dalam rumah yang kalau nembelek sewaktu-waktu bisa bikin kotor rumah.

Apa ini pembuktian dalil Quran, bahwa sebagian diantara manusia, akan seperti binatang ternak? 

Orang-orang baik, para ustadz, para trainer, sudah enggan mengajak dialog, enggan mencoba berempati dan bersimpati lagi. Sehingga, kalau ada orang yang telatan, ada orang yang korupsian, ada orang yang mengaku nabi palsu, ada orang yang menyelewengkan agama, langsung saja di benthong dengan peraturan, sweeping dan tindakan fisik anarkis.

Hai, mereka yang suka telat, mereka yang suka nyontek, mereka yang agamanya menyimpang, mereka yang korupsi, itu masih manusia lho. Pikirkanlah cara berdialog, cara merangkul kesadaran mereka, membuat paket2 peraturan ini dan itu, sungguh tidak menyelesaikan akar persoalan sampai ke akar rumputnya.



No comments:

Post a Comment