8/1/13

#3 Sholat Jumat di Madinah

Pagi pertama di Madinah Al-Munawaroh, hari itu hari Jumat. "Dududu, yang mau jumatan di Masjid Nabawi ni yee.." celetuk seorang jamaah putri di rombonganku. Iya yah, nggak ngimpi banget aku.

Pagi itu tanpa diagendakan, Bang Roni mengajakku mblusukkan kota Madinah. Ketemu orang sehobi : hobi jalan kaki. Ya, ke kota manapun kalau ada waktu pasti aku sempatkan jalan kaki menyetubuhi kota. Karena dengan jalan kaki, semua menjadi terlihat dekat dan detail.

Menyusuri jalanan Madinah yang aspalnya semulus paha Cherry belle, ke tempat jajanan membeli semacam hotdog khas arab, ke daerah yang banyak burungnya macam di film Habibie-Ainun, menyusuri gang-gang sempit tempat losmen 20riyal (50ribuan) permalam berada, sampai ke masuk ke lobi-lobi hotel bintang 4 sekedar meluruskan kaki di sofa dan mensurvay rate room. Hohoho... udah optimis banget mau kesini lagi tanpa biro nih kayaknya. *sssst rahasia.

Time to Jumatan.

Masjid Nabawi sudah dipadati jamaah sampai halaman-halamannya. Aku sangat terbantu sekali dengan dekatnya jarak pemondokan, coba kalau jauh, akan susah lagi time managementnya, karena jarak dari gerbang depan masuk ke bangunan masjid saja sudah lumayan luas tu pelataran. Daru pintu masjid sampai pengimaman lebih luas lagi, harus melewati berapa block di dalam masjid.

Oya, tapi tidak usah kuwatir ngos-ngosan jalan mencari shaf terdepan, karena di banyak titik di dalam dan luar masjid disediakan air zam-zam yang didatangkan khusus dari Mekkah.

Zam-zam

Jum'atanpun berlangsung khidmat, dengan khotbah yang 100% tidak ada Bahasa Indonesianya. Ya iyalah...

Mmm, aku jadi teringat kisah di tanah air. Bahwa para wali dan ulama zaman dulu sering paginya masih di kampungnya, tapi siangnya dia jumatan di Masjid Nabawi. Hohoho... apa pendapatmu? Pendapatku si : logika itu bukan puncaknya ilmu. Masih ada ilmu di atas batas kemampuan pemahaman kita. So, untuk hal yang tidak kita kuasai, seperti teknik berangkat-pulang jumatan dari Indonesia ke Madinah dalam sekejap, janganlah buru-buru kita menghakimi. Apalagi mencerca..


Layah-Leyeh

No comments:

Post a Comment