6/6/11

Wedding of The Year

Pernikahan seorang sahabat baikku, kawan diskusiku tentang Kimia (aslinya si bukan diskusi, tempat nyontek lah iya...), berlangsung lancar, syahdu, sangat sakral hari ini. Dari sekian panjang jam terbangku berkondangan, aku nobatkan inilah pernikahan yang paling mengesankan buatku.

Weddingnya Prince William kalah lah, jauh... apalagi tidak ada Marawisnya disana. Jam 09.00 datang tadi pagi, disambut Bapak-bapak berseragam glidik, rapih seragamnya, mengesankan sekali. Lalu ambil snack seperti layaknya kondangan pada umumnya dan mengisi daftar hadir, tadi pagi kebetulan petugasnya si Marlina, tetangga depan rumahnya wiwit, adik kelas di SMA dulu yang logat Banyumasnya betul-betul nyammnyuuuss... dijamin jadi pesaing berat Defi kalau mereka berdua ikutan audisi mbekayu Banyumas saat dihadapan juri Bahasa Ngapak.

Sekitar setengah jam menunggu, prosesi persiapan akad dimulai. Grup Marawis dari salah satu pesantren di Kembaran (kalau tidak salah) menempatkan diri, hanya beberapa kali cheksound, lagu pertama mereka bawakan dengan tegas, lantang dan apiiiklah... grup Marawis ini rekomended buat teman-teman yang mau nanggap, mereka bermusik dengan tidak gamang, suaranyapun bagus.

Sambil lagu pertama itu melantun, calon penganten pria, Mas Arif namanya, keluar didampingi kedua orangtuanya, dengan pakaian biasa, jas dengan warna agak kebiruan.

Selang beberapa menit, mempelai wanita keluar... aku cuma bilang, anggunnya.... ini baju penganten teranggun menurutku, punya Kate kalah jauhlah. Calon istriku nanti aku sarankan pakai gaun macam ini, atau syukur dia bisa memilih yang lebih cantik lagi.

Penghulu sudah menunggu di beranda masjid, saat penganten hendak dijejerkan dihadapan penghulu, si Wiwit geleng-geleng, lugu sekali, seperti anak TK ditawari permen tidak mau. Akhirnya Wiwit si mempelai wanita duduk di samping ibunya, diantara para hadirin,

Prosesi akad didahului dengan pembacaan ayat suci Al Quran, oleh pembaca dan penerjemah dari teman mereka semasa kuliah di ITB. Sangat tartil, dengan tanpa qiroati, pembaca Al Quran itu melantunkan ayat-ayat suci membuat merinding bergidig para hadirin, termasuk aku
.
Sungguh sebuah persembahan yang luar biasa indah dari seorang sahabat kepada sahabatnya yang sedang menjadi mempelai pagi itu. Terlebih ayat yang dipilih tepat, tentang nasehat-nasehat pernikahan. Makin membuat rantaman acara begitu syahdu dan khusyu.

Memang Weding Organizernya malaikat mungkin, sehingga acara yang berlangsung sederhana itu terasa begitu runut, tanpa jeda, tanpa wasting time, tanpa urutan yang keliru, sehingga tidak ada aura energi kekhusyukan dan kesakralan yang terputus. Itu yang bagiku paling mengesankan tadi pagi.

Dengan mahar 10 gram kalung emas, akad nikah dibacakan dalam bahasa Indonesia, Mas Arif harus mengulangnya sekali karena terjadi jeda. Setelah saksi mengatakan sah, senyumpun merekah di bibir Wiwit, dan kedua mempelaipun berjajar untuk menandatangi surat nikah, juga foto-foto sejenak dengan memamerkan surat nikah mereka.

Mempelai wanita bukan hanya menyerahkan mahar, tetapi juga dua hadiah. Hadiah pertama berupa uang, yang disusun cantik di pigura dan tidak disebutkan jumlahnya, karena mungkin memang tidak dihitung.

Dan hadiah kedua adalah hafalan ayat suci Al Quran. Kalau tidak salah yang dibacakan adalah QS Luqman, sembari si Wiwit menyimak Quran terjemahan, mas Arif duduk berhadap-hadapan dengan dia membacakan dengan begitu tartil ayat-ayat itu. Si Iswa sampai meringis-ringis melihat bagaimana sambil terus membaca, mimik muka mempelai Pria berinteraksi dengan mempelai wanita seolah menggoda.

Dan prosesi akadpun ditutup dengan sungkeman. Tidak seperti pada umumnya, ini sungkeman dilakukan masih di Beranda masjid, diiringi musik pilihan yang dibawakan oleh Grup Marawis yang menurutku sangat match nadanya. Warga yang nonton sampai pada ikutan nangis.

Dan pengantenpun kembali ke kamar, untuk ganti busana (dan lain-lain mungkin). Sambil menunggu kedua mempelai siap digiring ke pelaminan, ada pertunjukan dance yang tidak seperti biasanya ditampilan di pernikahan, dance kali ini dibawakan oleh adik-adik dari TK UMP, lucu sekali, hadirin pada tertawa melihat gerakan lugu dan kadang-kadang antar personel saling bertabrakan.

Sebuah dance yang mengesankan, daripada organ tunggal yang cantiknya meksa, tapi bagaimana juga sedikit banyak menggugah birahi penontonnnya.

Itu cerita pernikahan agung di tanggal 5 Juni, tanggal baik yang dipilih oleh mereka, entah dengan perhitungan apa, yang jelas itu bertepatan dengan hari terakhir long weekend, sehingga bisa banyak teman-teman yang datang menghadiri, guru-guru juga. Ada Pak Gito, Bu Menik, Bu Ndari, Bu Yayu, dan yang lainnya lagi entah tidak ketemu. Oh iya, juga hadir pak Hari Indra Kustiwa, guru SMP ku, entah, apa hubungan dia dengan kedua mempelai.

Mengesankan, tarubnya rapih berbalut warna hijau putih, Marawisnya lantang dan tidak norak, akadnya begitu sakral, hiburannya benar2 pilihan dan satu lagi, hidangan buahnya ditusuk -tusuk jadi semacam sate melon & semangka, itu baru pernah aku jumpai, dan sangat memudahkan untuk diambil (aku saja ambil sampai 4 kali balen, hehe) .

Yang kurang adalah begalan, memang ada tadi, tapi kok cuma pecah kendi saja terus sudah. Padahal, begalan itu baik loh, begalan itu ya ceramah nikahnya orisinil milik orang Banyumas. Ceramah yang tidak hanya menggunakan alat bantu mikrofon, tetapi menggunakan alat peraga siwur, ciri, muthu, ilir, irus yang masing-masing adalah akronim dari sebuah pesan bijak, mendalam maknanya. Sayang sekali banyak orang tidak tahu, tahunya begalan ya sesat dan harus dihapus.

Ah sudahlah, orang fundamentalis memang begitu, tidak mengerti irama dan kreatifitas, semuanya ditafsirkan dengan bahasa hukum. Walau padahal hukum adalah dimensi terrendah diantara sekian banyak norma-norma lainnya.



Dan akhirnya Barokallohulaka, wabaroka 'alaika, wajama'a baina kuma fii khaiir untuk Wiwit dan Arif. Doakan aku agar bisa bersegera menyusul menuju barokah seperti kalian, dengan cara yang barokah, akad yang barokah, resepsi yang barokah.

No comments:

Post a Comment