12/17/11

Satu Jam Bersama Bapak Kafir Liberal Indonesia

Bersama Orang Kafir+Liberal+Merdesa


Sudah lama mengikuti twitternya @kafirliberal, eh kemarin ketemu orangnya, Kang Dadang namanya. Mungkin bagi orang Islam fundamental dan radikal orang seperti kang Dadang ini halal darahnya. Tapi, bagiku, apalagi mutiara ilmu dari Kang Dadang, bahkan dari mulut Anjing sekalipun tetaplah mutiara.

Obrolan sekitar satu jam kemarin, lebih malah mendiskusikan cukup banyak hal. Tentang Akhlak Nabi Muhammad yang similar dengan kultur masyarakat Sunda, tentang asal-usul bangsa Yahudi yang ternyata berasal dari Paparan Sunda (baca : Nusantara), tentang Tuhan, tentang Sholat sampai tentang libido sexual.

Aku, Hilmy dan Kukuh kemarin bertiga larut dalam diskusi mengasyikkan dengan pribadi low profile tapi sangat getol sekali belajar dan melakukan pencarian hidup. Karena panasnya diskusi ini, selama diskusi berlangsung kami bolak balik menoleh kiri kanan, agar jangan sampai ada orang awam yang ikut nguping. Karena kalau ada yang mendengar perbicangan kami, dan dia belum memiliki dasar ilmu kanuragan (halah...) yang cukup, bisa-bisa kami semua ditembak ditempat karena dianggap halal darahnya.

Kang Dadang memang orang yang Edan, Tuhan saja dia maki-maki. Seperti yang kita tahu, dia membuat banyak kaos bertulisan kontroversial, seperti "DEMI TUHAN, SAYA ATHEIS", atau "DEMI ALLAH, SAYA SUDAH MEMBUNUH TUHAN", dan sebagainya. Memang betul beliau edan, tapi kan ini jaman edan, jadi dalam garis bilangan edan minus edan = 0, netral. Haha...

Ada satu statement menarik dari Kang Dadang kemarin. Begini bunyi statement itu, Bahwasannya orang yang menyembah matahari, menyembah pohon, itu lebih Islami ketimbang orang modern yang mensyirik-syirikkan mereka. Haaah... kok bisa? berani sekali kang Dadang ini membuat statement.

Benar menurut saya pernyataaan Kang Dadang ini, Orang yang memuja matahari dan memuja pohon, itu mending, dia memuja sesuatu yang merupakan bagian dari alam semesta. Ada interaksi kasih sayang antara dirinya dengan alam semesta, ada kemesraan, ada synergy, ada keselarasan. Sedangkan orang modern macam kita, kita menyembah apa coba?

"Loh, kita kan menyembah Tuhan!!!". Eit, aku tanya dulu, kamu tahu apa itu Tuhan? Kamu sudah mengenal Tuhan? Apakah Tuhan yang ada dalam pikiranmu sama dengan Tuhan secara hakiki? Kalau memang iya, lalu kenapa masih ada perdebatan soal yasinan, qunut, celana cungklang, cadar, dll?

Kita selama ini menyembah Tuhan yang sebenarnya, atau kita menyembah persepsi? Bukankah persepsi itu produk pikiran kita sendiri? Bukankan persepsi itu fiktif?

Coba introspeksi dalam-dalam, wiridan dari tengah malam sampai matahari terbit, untuk menjawab pertanyaan ini : Sesungguhnya selama ini aku menyembah Tuhan? Atau menyembah PERSEPSI-ku tentang Tuhan?

Naas sekali kalau kita mensyirik2an orang yang memuja pohon, sedangkan kita sendiri adalah penyembah persepsi.


No comments:

Post a Comment