5/27/09
Menjadi Pegawai Hidup Berpensiun, Menjadi Entrepreneur Hidup Bergaransi
Beberapa waktu yang lalu saya memposting jawaban Ustadz Yusuf Mansyur atas pertanyaan dalam hati "kok masih gini-gini aja?"... Apa jawaban beliau, seimbangkan ikhtiar, kalau dari kemarin ngebut ikhtiar dunia, maka ikhtiar ibadahnya sekarang yang dikebut.
Memang betul, sholat dan sedekah terkait erat dengan rejeki kita. Kita-kita saja yang nggak bisa menghubungkannya.
Lalu, kemarin di Brawijaya ketemu lagi sama Om Bob, dapat jawaban lagi dari beliau. Ketika itu Rhea bertanya "Om, saya mau jadi entrepreneur dn sesuai saran Om Bob saya sudah keluar kuliah, terus gimana Om?", apa jawaban Bob Sadino pemilik The Mansion Apartemen? "Bagus, teruskan usaha, terus berproses, 40 tahun lagi Anda akan kaya raya seperti saya atau melebihi saya..."
40 tahun, ya ya ya, tiang pancang kesuksesan saya memang masih terlalu dangkal, kok berani-beraninya mengatakan "kok masih gini-gini aja...", sepersepuluhnya saja belum.
Bisa jadi benar saya ini serakah, rakus, kemaruk, maunya enak dan cepat. Padahal sesuatu yang terlalu cepat juga tidak enak, misalnya Artis Instan, Mie Instan dan hal-hal instan lainnya.
Kata Socrates, manusia adalah hewan yang berpikir. "saya berpikir maka saya ada", saya hanya berpikir lho, nggak benar-benar bertanya, toh dari pikiran saya itu dua orang menjawab pertanyaan saya. Hebat euy. So, kesimpulan atas pertanyaan "kok maish gini-gini aja?", ya simpulkan sendiri...
Bandingan saya bukan yang tiga tahun ndaftar STAN (sekolah terfavorit di Indonesia, coba ikatan dinasnya dicabut, apa masih pada mau ndaftar?) lalau penempatan di nun jauh disana dan waktu kita diborgol habis oleh kode bernama NIP. Atau 5 bulan yang mengubah penghasilan, bernama SPN (Sekolah Polisi Negara).
Bandingan saya adalah Pa Jamil, berapa lama beliau merintis sukses, Mas Andri, Muhammad Yunus juga yang selifting lainnya.
Mencoba lebih wisdom, mengubah parameter (alat ukur), yang tadinya ukuran sukses adalah waktu 'saya ingin besok sukses', 'saya ingin taun depan ini dan anu', diubah menjadi parameternya adalah kelapangan hati. Karena nyatanya semakin banyak tantangan bukan berrti orang semakin menderita. Sebut saja Nabi Muhammad SAW yang tantangannya demikian keras, cadas, dibanding kita. Tapi nyatanya tingkat kebahagiaan d\beliau jauh membubung di atas kita yang tiap hari di manja angin sepoi-sepoi Nusantara.
Kalau pegawai memang punya jaminan hari tua, tapi Entrepreneur sejati jaminannya lebih keren lagi. Jalani saja siklus 40 tahun, kita bermimpi, kita gigih bertindak, giat belajar dan tekun memperbaiki diri. Tutup kuping dari cibiran dan persepsi orang, juga dari masukan-masukan yang tidak membangun. Tutup juga muka dari rasa malu dan keinginan mempertahankan harga diri yang berlebihan. Maju saja, total saja, sungguh-sungguh saja.
Bisa 40 tahun atau bisa lebih cepat, derajat kesejahteraan yang kita impikan hari ini akan terlampaui. Yang saya percaya, kita saat itu belum tentu lebih bahagia dari kita di hari ini. Nggak ada jaminan atas itu, karena itu jangan letakkan kebahagiaan di ujung mimpi kita. Letakkan di setiap hari kita lebih baik.
Kalau hari ini kita bingung mau ngapain, bahagialah sembari memvisualisasikan peta perjalanan hidup kita, ..oh siklusnya sedang datar. Kalau hari ini sedang defisit, sedang dicibir orang... bahagialah episode kehidupan kita sedang berjalan, ..oh sedang di kurva S melembah, kalau tiba-tiba dapat keberutungan, jangan sekali-kali katakan itu Hoki, itu tabungan amal baik yang sedang dicairkan tepat pada waktunya... oh, siklus sedang menanjak... Itu teorinya.
Ya, kalau mau sukses prakteknya maka banyak2lah latihan.
Lalu garansi apa yang kita miliki, garansi bahwa kalau umur kita sampai pada 40 tahun kedepan, maka kesejahteraan yang kita impikan akan tercapai bahkan terlapaui. Nah, kalau umur kita tidak sampai 40 ahun lagi, kita nggak jadi sukses donk? Siapa bilang, yang benar adalah dimanapun ujungnya tetaplah sukses namanya. Karena kita sudah bersungguh-sungguh, dan kesungguhan itu akan dipindahbukukan dalam rekening amal jariyah yang akan kita nikmati entah kita masih di dunia ini atau di dunia selanjutnya.
Itulah garansi seorang entrepreneur. karen aitulah ukurannya bukan seberapa sukses, tapi seberapa sungguh-sungguh. Soal sungguh-sungguh, kapan-kapan saya posting lagi lebih detail.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment