5/9/09

Untuk teman2 SDI

Pada akhirnya kita tiba pada suatu masa, masa dimana pilihan pilihan itu semakin banyak. Tapi kok malah di ngumpul-ngumpul mingguan, petuah dari seorang tukang gerobak malah terus menghantui, ya, satu dari dua rumus sukses menurut tukang gerobak 'tekuni!', nyaris sama dengan nasehat guru bisnis

pertama saya di Institut Kemandirian dulu. Disaat yang sama pula, ada pesan dari Steve Job "Tetaplah lapar. Tetaplah bodoh", nyaris sama dengan

pesan eyang guru kita semua, mbah buyutnya eyang sinto gendeng, siapa lagi kalo bukan Mr. Goblok Bob Sadino.

Dan satu lagi adalah pesan dari pa Fahrur, besarkan payungnya...

Ini mungkin fase keempat, tentu bagi orang-orang yang sedari awal bergabung disini... pertama, fase Kording, kedua fase Training, ketiga Fase Event dan keempat adalah Fase yang akan kita songsong dalam waktu dekat yang saya juga belum tahu apa namanya.

Dan saya teringat, bahwa sebelum fase ini ada namanya fase pin... bagaimanapun L22 homebase kita bisa difungsikan hingga hari ini bahkan Alhamdulillah bisa terpancar internet signal dengan antena setinggi 12 meter saat ini, dan di dalamnya juga ada LCD Projector yang biasa buat bantal tidur dan perkakas lainnya (sebaiknya tidak usah disebutkan mbokan jadi buruan maling... hehehe).

Saya awali tulisan saya dengan pejelasan fase-fase di atas. Hm, kenapa memangnya? nanti juga tahu, Pertama fase pin. Fase dimana satu usaha dengan 12 investor yang ditahun pertama mampu memutar arus kas diatas 20juta ini begitu terseak-seoknya untuk dijalankan. Satu pelajaran, dua kepala memang lebih baik dari satu kepala, kenapa? karena bisnis bukan perkara memulai, tapi bisnis adalah perkara menekuni.

Sama seperti pisang ijo, mendorong gerobak dan menggelar terpal dihari pertama betapa berat dan malunya, tapi sungguh perlu energi 10x lipat lebih besar untuk bisa istiqomah, atau bahasa kerennya 'konsisten' setiap pagi pergi mencari pisang, memasaknya, meladeni pengunjung dan lalu cuci-cuci alat.

Satu warning bagi kita, termasuk saya sendiri, agar jangan pernah sekali-kali merasa kenyang, merasa pandai (lawan dari tetaplah lapar, tetaplah bodoh), hingga merasa tak butuh lagi payung, melangkah sendiri dan akhirnya terjerembab pada obsesi pribadi, iya kalau obsesi pribadi itu mulia, lah kalau obsesi pribadi itu 'ndunya..', ini bukan warning untuk menyudutkan personal siapapun, upaya prefensi saja.

Lalu fase kedua adalah fase kording, saya masih ingat betul disaat kording belum menemukan percetakan (waktu itu cetakan pertama diimpor dari Jogja), bagaimana Kording di print dengan kertas HVS yang dijejer-jejer... lalu sayapun masih ingat bagaimana kami bertiga pergi ke SMP 3 Banyumas bertemu kepala sekolah baik hati waktu itu. hm... dengan mobil siapa ya dulu bertiga? dengan bensin siapa ya dulu...

Pelajaran dari fase ini salah satunya adalah, dulu ketika tak ada uang, kita begitu tidak pilih-pilih. Tapi alangkah riskannya kalau ketika uang banyak, acara macam baksos dan yang non-komersil kok setengah hati menjalankannya... hm, seperti kunjungan KKN di Tegal dulu, atau acara yang baru-baru

Lalu fase kedua adalah fase training, dimana training dikonsep bukan untuk mencari uang, hanya untuk menyelamatkan semangat donk yang nyaris terabaikan di sekolah-sekolah waktu itu. Masih ada foto saya saat meluncurkan kording warna ungu waktu itu. Hm... pelajarannya adalah, kreatif! Kesulitan bukan untuk dihindari, tapi untuk disiasati. Agar jangan sampai ketika kita mendapati titik buntu, bahkan titik gombong dan titik prembun, kita malah memilih berbalik berhenti. Lanjutkan!

Fase berikunya adalah fase event, dimana waktu itu kita demikian dipacu oleh jadwal dan pembagian tugas. Sampai jatuh sakit atau bahkan jatuh cinta. Sampai waktu itu saya ditanya dengan demikian sadis "sebenarnya untuk apa si semua ini, modal nikah apa??"... hm, waktu itu saya tak menjelaskan, bahkan sekarangpun saya tak menjelaskan, tapi begitulah, ada mindset yang demikian meloncat yang saya lihat dan saya rasakan sedari dan sebelum event roadshow diluncurkan...

Pelajarannya banyak di sini, kepatuhan pada leader, sikap komunikasi positif, dan yang tak kalah penting adalah loncatan mindset itu sendiri. Ya, bukankah loncatan mindset yang spektakuler dan berulang, yang membuat seorang bujangan like Ippho Santosa, yang tak beda dengan kita pengagum Pa Purdi dan pengikut Pa Ary Ginanjar sekarang kiprahnya menasional dan bayaran seminarnya 10juta/3jam...

hm, pelajarannya... jangan merasa cukup baru melompat mindset sekali.

Lalu fase yang berikutnya, seperti fase-fase sebelumnya, bukan saya tak mau menjelaskan tapi memang saya bingung bagaimana memverbalkan, kita itu sudah gede, sudah sebentar lagi ada yang mau nikah, ada yang mau wisuda, ada yang mau menaik hajikan Bapak-Ibu.

Sederhananya, saya ingin meloncat sekali lagi saja dulu. Agar Alhamdulillah hari ini eksistensi lembaga sudah diakui, ditandai dengan semangat donk bisa mengadakan nonton bareng, hm... dan nomor dari Depdagri juga sebentar lagi selesai diurus (keluar ga nomernya na?)...

saatnya kita mempublish eksistensi personal kita. maksudnya apa? Ya, ada yang jadi rektor, kepala les lesan, direktur rumah makan, pemilik apotek, pakar telematika. Mungkin kok semua itu terwujud dalam waktu dekat... . Ya, eksistensi personal kita diakui, berarti eksistensi lembaga semakin kuat. So, bukan keterpisahan yang saya maksudkan.

2 paragraf diatas terakhir sebenarnya punya maksud yang begitu mendalam, tapi ya sudah, mudah2an pada saatnya nanti waktu bisa menjelaskan.

Yang tergambar sekarang adalah soal present.. soal dimana andri begitu bertanggung jawab, hilmy begitu tangkas dan yang lain begitu tekun. Andri mengkoordinir event dengan begitu kontinyu dan bergerak signifikan. Hilmy terus memayungi semua unit mandiri sehingga tidak ada satu orangpun yang paceklik atau untuk makan saja harus nebeng tetangga... Dan tugas berat rizky adalah membuat lompatan sekali lagi. Belum tergambar, yakin saja : BISA.

Karyanto, tolong itu pemberdayaan pemuda mulai dirambah... bolehlah kita mengerjakan banyak urusan tapi tetap dengan kekuatan fokus. Sebetulnya apa si yang kita tuju, yang ingin kita peroleh? kalau tujuan utama itu kabur, akan sulit kita mencipta satu pencapaian, kecil sekalipun. Karena hidup bukan cuma membeli rames.

Naim, memang kebutuhan tak pernah berhenti mengusik ketenangan ekonomi kita.

Anna, itu kelembagaan dibakesbang sudah sejauh mana, segera saja dituntaskan, kan sudah kepengen ngundang dedy mizwar, kemarin sms saya sudah dibalas, semoga ada jalan ya.... bulan depan deh kita garapin beliau. terus soal Mafaza, selasa besok, sepertinya fikry ke Indramayu dan Rizky masih di Jogja, hm... belum ada masukan siapa yang bisa menggantikan talkshow, Hanie usul saya. di proses ya

Fikry, selamat untuk percobaan serabinya... untuk soal training, lebih banyak interaksi dengan sekolah, dengan siswa langsung, stimulan materi dari buku akan lebih sempurna kalau digabung dengan asupan materi dari orang perorang yang kita kontak langsung dengannya... seringkan sepulang training bukannya ilmu berkurang tapi kok malah nambah, nambah inspirasi...

Hanie, LCD bagus lho, laris... kemarin juga sukses acaranya, terima kasih, hm... soal jus alpukat, itu sebenarnya juga diluar unit mandiri yang diprogamkan, hanya dirancang untuk mengisi kekosongan... kekosongan apa? kekosongan L21 kalau siang hari dan kekosongan pegawean penghuni L22 yang nggak pegang laptop, atau agar ga facebookan melulu... jadi minta bantuannya lagi han untuk merintis dibukanya kedai jus di L21 khusus siang, jadi nanti front office nggak pernah kosong, karena terjadwal dan selalu ada yang jaga. Nah yang jaga itu sekaligus jualan jus, jadi semuanya harus bisa bikin jus, kan lumayan tuh kalau 1 jus 1000 perak buat yang bikin, bisa buat beli rames sekedar pake ayam.

Indie, selamat skripsi, sambil di sripili terus card nya, pasti BISA!

Huda, sdcp setelah fokus ke teknologi langsung gaet pelanggan, yang banyak-yang banyak

Azis, selamat menanti waktu pembangunan kandang.

Rhea... gimana jadi nggak joint mesin sama pak Very... solusi saya ya kayak terakhir kita sms an dulu. hm, salam untuk mas Hendro.

percayalah teman, kita belum seberapa pandai. teruslah merasa goblok, agar lebih banyak belajar. dan tidak pilih2 prospek, pilih2 tugas, dan berdalih saat mendapat tugas... . ini nasehar juga buat saya pribadi.

No comments:

Post a Comment