2/26/11

Kepemimpinan Internal & Eksternal

Pernikahan adalah sebuah strategic colaboration yang agung memang, itulah kenapa sekalipun sejatinya pernikahan adalah sebuah amanah besar, banyak orang mencita-citakannya (termasuk saya).

Dalam sudut pandang yang luas, terbentuknya sebuah rumah tangga bukanlah soal didapuknya seorang laki-laki menjadi raja dan seorang perempuan menjadi pelayannya. Tidak, tidak demikian. Si laki-laki dan si perempuan sejatinya adalah sama-sama diangkat menjadi pemimpin.

Laki-laki memegang peranan kepemimpinan eksternal, sedangkan perempuan memegang peranan kepemimpinan internal. Kepemimpinan eksternal berpusat di ruang tamu, sedangkan kepemimpinan internal berpusat di dapur.

Kalau ada orang yang berpendapat bahwa tugas perempuan adalah di dapur saja, menyiapkan masakan dan menyajikan makanan, maka orang itu secara tidak sadar memiliki pendapat tugas lak-laki adalah di ruang tamu saja, menerima tamu sambil sesekali membaca koran.

Ruang tamu, adalah ruang penerima tamu. Ruang dimana memiliki fungsi utama untuk sarana silaturahim, dan kita tahu bersama, silaturahim berkait erat dengan rezeki, nafkah. Tugas laki-laki memanglah dalam hal pemenuhan nafkah.

Sedangkan dapur adalah tempat meracik masakan, bukan soal lezatnya, tapi juga termasuk bagaimana gizi diramu dan cinta disajikan hangat-hangat. Tugas perempuan memang membina seisi rumah.

Maka bukan alasan bagi perempuan yang belum pandai masak untuk berkilah "kalau cari yang pinter masak, nikahin pembantu aja sana."

Sepertihalnya ruang tamu bukan hanya untuk menerima tamu, dapurpun bukan sekedar memasak. Tapi penguasaan seorang perempuan akan dapur dan segala ilmunya adalah simbol, bahkan indikator, dia memiliki kesiapan untuk menjalankan kepemimpinan internal.

Karena kalau dibuat hierarki, katakanlah point-point pekerjaan fisik saja yang ada di internal, hierarki paling mendasar bukanlah menyetrika, bukan mencuci baju, bukan mengelap lemari, tapi adalah memasak.

Bahasa sederhananya beginilah kalau bingung, saya meragukan seorang mengaku open (perhatian) pada isi rumah dalam artian memelihara dan memaintenance internal rumah dengan baik sekalipun dia bersih dalam mengelap kaca, rajin dalam mencuci, tapi dia tidak bisa memasak.

Dan karena ini bukan jurnal ilmiah, sangat boleh kok dikoreksi, dibantah sekalipun.

Juga saya ingin ucapkan salut, untuk perempuan-perempuan yang sedang belajar memasak, tidak penting sudah seberapa enak masakannya, tapi gain untuk belajar memasak saja itu sudah greatfull. Sepertihalnya para lelaki yang berpayah-payah belajar mencari nafkah.

Nah, kalau ada perempuan yang sibuk, riweh, tidak punya waktu, tapi jauh dari wajan dan solet, patut ini dipertanyakan, sebenarnya orientasinya kemana : kepemimpinan internal, apa kepemimpinan eksternal?

1 comment:

  1. tambahan @___@
    selain memasak,ia juga harus pandai menjadi guru,figur untuk anak anaknya,karena suatu saat yang akan anak anak banggakan adalah ibunya,bukan gurunya,bagaimanapun,ibu adalah sosok idola untuk anak anak,ciptakanlah madrosah keluarga,,ad pernah baca juga,nanti,anak anak akan menuntut ayahnya kala ia salah mencarikan ibu bagi mereka,,hehehe,,tugas berat y :)
    ga ko ka,asal istiqharoh selalu mengiringi ka rizki,istiqomah ya ka,terus semangat!

    ReplyDelete