2/7/11

Pribadi Haji

Kali ini saya dapat dari Cak Nun, ini mungkin ilmu sesat, tidak ada tuntunannya, tidak ada di deretan buku-buku komprehensif perpustakaan atsar sahabat, tapi ada di laboratorium implementatif keseharian kita.

Ada saja cara manusia mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai upaya, ikhtiar, perjuangan untuk mengenali dirinya sendiri. Kata Cak Nun, diantara 5 rukun Islam, bisa diidentifikasi dominasi pribadi kita. Kalau Cak Nun sendiri, termasuk pribadi puasa. Puasa itu esensi maknanya adalah menahan dari sesuatu perbuatan yang sebetulnya boleh saja kita melakukan.

Dari kecil dia puasa, menahan dari semua keinginan dunia, tidak ingin jabatan, tidak ingin dikenal, tidak ingin kaya raya,. bahkan tidak ingin istri (Tapi kok dapat Novia Kolopaking).

Ada pribadi lain, misalnya Ary Ginanjar, dalam penilaian saya, beliau memiliki pribadi sholat. Dituturkan oleh asistennya, Pa Ary adalah orang yang sangat gemar belajar, dia terus menempa karakternya, dari karate, samurai sampai kemanapun sumber ilmu ia timba, ia gali lalu ia formulasi.

Berbeda dengan Mas Hendro, dimata saya Mas Hendro termasuk pribadi zakat. Bukan karena hobinya yang mentraktir saja, tapi memang sepertinya Mas Hendro paling hobi beramal baik dengan memberi, memberi ruang untuk berbagi, memberikan apresiasi, memberikan perhatian, memberikan kesabaran, memberi apa saja.

Kalau saya sendiri, baru teridentifikasi sebagai pribadi haji. Bukan atas keinginan kuat saya untuk sesegera mungkin ziarah ke tanah suci, tapi dalam laku kehidupan saya saya gemar sekali menggali makna, salah satunya dari proses sa'i. Saya adalah penikmat sa'i.

Dari jamannya pramuka saya membuat rute mencari jejak, menyiapkan soal-soal dan permainan dari pos demi pos, tanpa berpikir, ini saya dapat untung apa ya? Sampai akhirnya punya beberapa perusahaan-perusahaan kecil seperti ini. Berapa sering saya salah ngitung order dan walhasil saya tidak dapat untung bahkan rugi, tapi tetap saya jabanin. Berapa sering saya dapat untung belum juga dinikmati itu untung sudah harus untuk menutup utang dan kerugian usaha saya yang lain. Dan saya enjoy-enjoy saja sepanjang masih bisa makan, tidur dan jalan-jalan.

Begitupun saya lontar jumroh bukan cuma 31 kali, tapi ribuan kali, dan setan di dalam diri belum juga terusir. Dan hobi saya salah satunya adalah wukuf, di atas gerbong kereta bahkan di atas motor.

Dan ilmu-ilmu hikmah hasil perenungan dari setiap laku wukuf, sa'i, lontar jumroh itu saya tambatkan dalam putaran-putaran tawaf, salah satunya dalam bentuk tulisan, salah satunya dengan blog ini.

Saya banyak dosa, tapi saya bersyukur, saya masih dipilih-Nya menjadi pribadi yang mencintai ilmu, yang merasakan kenikmatan ketika mendapat ilmu baru, yang diberi gairah untuk selalu mengilmui segala sesuatu. Sefasik-fasiknya saya, saya tidak dicueki-Nya.

Kata Eko Laksono kunci perubahan spektakuler kan belajar, dan bukankah inti belajar adalah ilmu. Jadi, saya masih punya peluang untuk berubah secara spektakuler, fenomenal, bombastis.. (*kata Marsela)

Nah, saya belum menukan siapa contoh pribadi syahadat. Anda kah?

No comments:

Post a Comment