2/17/11

Pengajian Pizza

Pak kiai sedang mengajar di dalam kelas. Santri-santri disuruh belajar berkelompok. Setelah santri-santri itu berkelompok, Pak kiai menugaskan santri-santrinya untuk masing-masing kelompok membuat puisi yang bagus.

Beberapa lama mereka berdiskusi, selesailah puisi karya masing-masing kelompok. Kemudian masing-masing membacakan dan mempresentasikan. Mirip audisi penyanyi di tv, Pak kiaipun satu persatu memberikan komentar pada masing-masing puisi itu.

Maka dikatakanlah apa adanya kualitas puisi masing-masing, Pak kiai begitu lugas berkomentar negatif, bahkan mencela sekalipun. Ternyata, bukannya semangat untuk memperbaiki diri, sepertinya para santri mulai ngedrop, merasa jelek atas hasil karyanya, merasa Pak kiai kecewa pada mereka.

Tidak selang berapa lama, Pak kiai masuk ke ruang dalam dan mengambil sebuah bungkusan. Ternyata bungkusan itu berisi pizza yang sangat lezat. Hm, Pak kiai langsung menawarkan kepada semua santri : "Hayo, siapa yang mau pizza?...", dengan senyum tulus dan bersahabat Pak kiai menawarkan.

Tapi semua murid diam. Bukan karena tidak kepengen pizza itu, tapi sungkan saja. Sampai akhirnya beberapa kali Pak kiai mengulang tawarannya, hingga salah satu santri dari kelompok yang puisinya paling jelek memberanikan diri maju ke hadapan Pak kiai, dan diberikanlah oleh Pak kiai sepotong pizza kepada dia.

>>>

Sering, kita sungkan meminta padahal ingin, sering kita merasa tidak pantas mendekat padahal butuh, dikarenakan kita telah mengecewakan-NYA atas maksiat dan dosa-dosa kita. Tapi, apakah rahmat-NYA tertutup atas pengecewaan dan kesalahan-kesalahan kita itu?

<<<

Dikira oleh anak-anak yang lain, yang berhak dapat pizza hanyalah yang puisinya sempurna, tidak ada cacad dan kurangnya. Tapi ternyata, sekalipun puisinya paling jelek, ketika si santri berani mendekat Pak kiai tetap memberikan potongan pizza itu.

No comments:

Post a Comment