12/9/08

penetrasi nilai-nilai spiritual pada pelatihan SDM

Pada sudut pandang parsial, Training ESQ dikatakan mahal, bukan sekedar itu,ESQ bahkan dianggap sebuah propagnada komersialisasi spiritualitas. Demikiankah adanya, menurut hemat saya secara utuh, ESQ tidak lebih sebagai sebuah terobosan.

Menilik dari bagaimana training ini dirintis benar-benar jauh dari motif bisnis, masjid Pondok Indah sebagai saksinya, sebuah momen gratis tetapi mengecewakan. Maka tersentuhlah sang penemu untuk menyusun siasat, sebagai sebuah prasyarat perjuangan, maka lahirlah konsepsi training ESQ.

Sebuah pergerakan masif yang dimulai dengan mengambil pintu 'pelatihan SDM Lembaga Corporasi profesional'. Ini bisa dijelaskan secara sederhana, Pa Ary melihat ada anggaran yang demikian besar oleh perusahaan-perusahaan nasional apalagi multinasional, darisinilah argumentasi ESQ mahal terbantahkan. untuk kelas pelatihan SDM, ESQ sangatlah murah, bandingkan saja dengan pelatihan SDM sekelas dale carnegie, seven habit dan banyak lagi lainnya, secara nominal ESQ sangat bersahabat.

Lalu, bagaimana kok bisa ada kelas reguler bahkan mahasiswa. Ini semata-mata efek perkembangan, secara materi, ESQ memberi dampak yang tidak sembarang pelatihan berikan, karena itu Pa Ary memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk ikut menerimanya, karena itu dibukalah kelas profesional dengan harga setengahya. kelas reguler dengan harga sepertiganya, kelas mahasiswa dengan harga seperenamnya, bahkan kelas untuk guru dan dhuafa sacara gratis training ini diberikan.

bagaimana pula dengan isu mengkomersilkan spiritualitas? saya rasa pendapat ini malah terbalik 180 derajat. bukankah memasukkan nilai-nilai spiritual dalam hal ini spiritual islam, iman dan ihsan tanpa memberi batasan exlusiv umat tertentu itu berarti sebuah terobosan yang pantas untuk diacungi jempol, sebuah langkah penetrasi nilai-nilai spiritualitas dalam pelatihan SDM yang selama ini mungkin dangkal sebatas motivasi bahkan berkiblat pada teorema-teorema barat..

No comments:

Post a Comment